Cerita Positif dan Negatif, Dibalik Game Online Free Fire

Ilustrasi Game Online Free Fire. Source by google.com.

60DTK – Kabupaten Gorontalo : Dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, game online semakin di gemari anak muda. Tidak hanya bagi kalangan atas, namun juga kalangan ekonomi di bawah. Dari perkotaan hingga pelosok desa. Bagi mereka yang memilki Smartphone, Game Online bukan lagi sekadar menjadi pengisi waktu, hiburan, dan mencari kesenangan. Tapi, untuk sebagian orang ini telah menjadi rutinitas bahkan pekerjaan.

sebelumnya ada beberapa Game Online yang sempat menjadi kegemaran anak muda khususnya di Gorontalo. Misalnya Clash of clan (COC), Mobile Legend Bang-Bang (MLBB). Namun sejak tahun 2018 game online itu mulai terlupakan.  Namu untuk beberapa anak muda di Gorontalo khususnya di Kabupaten Gorontalo, mulai beralih pada satu Game Online yang hingga saat ini banyak jadi pilihan para gamers (sebutan untuk mereka yang hobi bermain game).

Bacaan Lainnya

Free Fire  Battleground yang digarap 111dots Studio, diterbitkan oleh Garena yang dirilis pada 2 November 2017 lalu kini menjadi pilihan untuk anak muda di Desa Makmur Abadi Kecamatan Tolangohula. Game Survival Shooter yang tersedia untuk perangkat Mobile iOS dan android ini sebelumnya pada 14 Januari 2018 menjadi Mobile Game nomor 1 di 22 Negara dan menjadi Top 5 Mobile Game lebih dari 55 Negara dengan total puluhan juta unduhan.

Game tersebut merupakan game perang yang dapat di mainkan solo, duo, dan squad yang batas maksimalnya dimainkan empat orang. Kunci dari permainan ini adalah bertahan hidup dan di haruskan membunuh musuh yang ada dengan jumlahnya mencapai 50 orang. untuk itu para pemain diharuskan memiliki senjata dan peralatan perang lainnya untuk mendapatkan kemenangan (Booyah).

Namun apakah dampak yang di bawah oleh game Free Fire ini? letak pertanyaannya mungkin berada di sini.

Nofyan Muksin (21) adalah satu dari mereka pecandu game online. Ia pertama kali bermain game Free Fire itu mulai pada bulan Juli 2018.

“Ana (saya) bermain game ini waktu selesai Lebaran (Idul Fitri) tahun kemarin, Juli 2018,” ujarnya.

Nofyan mengaku selama ia kecanduan bermain game Free Fire, banyak membawa dampak bagi dirinya. Tak sekadar dampak negatif, namun juga ada dampak positifnya.

Dari segi ekonomi, Nofyan Menjelaskan bahwa Pengeluarannya tidak cukup banyak. mengingat sebelumnya ia lebih banyak mengeluarkan uang untuk hal yang tidak baik, yakni membeli minuman keras.

“Dulu ana peminum (suka konsumsi minuman keras). Kalau ada uang Rp. 500.000 itu habis satu kali. Tapi, waktu sudah mulai main game ini (free fire) ana ‘saya’ lupa dengan kebiasaan itu. Bahkan tidak pernah lagi sampai sekarang. Kalau untuk Pengeluaran selama main game ini, mungkin lebih sedikit. Karena Rp 100.000 sudah bisa pakai sebulan, kan sudah mendaftar paket. Tambahannya mungkin hanya beli kopi dengan rokok. satu lagi untuk Top Up di game,” ujar Nofyan Muksin saat di wawancarai di rumahnya. Jum’at, (11/1/2019).

Sementara itu dari sosial ia mengatakan bahwa dengan game ini ia mendapatkan lebih banyak teman. Hal itu karena game ini dapat di mainkan bersama atau tim yakni sebanyak empat orang.

“untuk teman jadi banyak. biasanya ada yang dari telaga datang dan bermain dengan kami di sini,” kata Nofyan Muksin

Dari sisi negatifnya, lebih Lanjut ia menjelaskan dari segi kesehatan bahwa selama kecanduan bermain game free fire waktu tidurnya berkurang dari sebelumnya.

“Paling tinggi dalam satu hari itu 5 Jam. Kan torang (kami) mulai bermain itu dari jam 7 malam sampai subuh itu. biasanya bangun itu jam 10 atau jam 11 siang,” tutup Nofyan Muksin.

Penulis : Andrianto S/Tr

Editor   : Zulkifli M.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan