60DTK, Gorontalo – Acara ramah tamah yang mempertemukan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa; Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie; Forkopimda; serta bupati/walikota se-Provinsi Gorontalo, yang kali ini digelar pada hari Minggu (16/08/2020), sudah seperti kegiatan reuni antara kader Himpunan Pelajar Mahasiwa Indonesia Gorontalo (HPIMG).
Pasalnya, para petinggi ini rata-rata merupakan alumni-alumni kader HPMIG di beberapa daerah yang ada di Indonesia.
“Saya terkenang tahun 80, di ruangan ini, saat itu kita baru saja Mubes HPMIG di Kabupaten Gorontalo, di Limboto. Jadi, diaspora (orang yang tinggal di luar daerah) Gorontalo seluruh Indonesia hadir di sini. Ketika itu saya terpilih ketua presidium HPMIG. Lalu malam ini, kalau saya melihat Pak Rusli ini HPMIG Bandung, dan kalau beliau bertiga di sebelah saya ini adalah HMPIG Manado, jadi ini seperti pertemuan HPMIG,” ucap Menteri PPN/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa, saat membawakan sambutan dalam acara tersebut.
Baca juga: Menteri PPN Prioritaskan Penanganan Banjir Di Gorontalo
Menteri yang akrab disapa Harso tersebut pun menceritakan kisah mereka 40 tahun yang lalu. Pada saat itu mereka masih mahasiswa yang selalu memperjuangkan hak-hak untuk kesejahteraan masyarakat.
“Bayangkan 40 tahun yang lalu kita, katakanlah tokoh-tokoh mahasiswa yang sangat diharapkan oleh rakyat Gorontalo pada waktu itu, untuk bagaimana kita bisa menyejahterakan Gorontalo. Hari ini, semua yang pernah di HPMIG itu pada posisinya masing-masing, dan itu luar biasa,” lanjut Harso.
Di akhir sambutannya, Ia pun berpesan kepada seluruh pimpinan daerah untuk tetap konsisten membangun daerah. Jika ada berbagai kepentingan lainnya yang terpaksa dibebankan kepada mereka, Ia menegaskan agar hal itu bisa dijadikan bagian dari proses untuk belajar membawa daerah menjadi lebih sejahtera lagi.
Baca juga: Didampingi Gubernur Dan Bupati Bonebol, Suharso Monoarfa Nikmati Keindahan Olele
“Jadi memang ada amanat di pundak kita yang memang harus diselesaikan, dan pada waktu kita sudah menyelesaikan, sehingga janganlah kita berbangga-bangga bahwa kita yang paling hebat, bahwa kita bisa menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya kita hadir sebagai bagian dari solusi Gorontalo,” tegasnya.
“Jadi Pak Rusli hadir dengan porsinya jadi bagian dari solusi Gorontalo, Pak Hamim, Pak Marten Taha, Pak Nelson, meskipun warnanya beragam. Warna (partai) tidak membuat kita kemudian menjadi bukan orang Gorontalo, warna tidak membuat kita menjadi terpisah-pisah, itu kan hanya sebuah platform (kombinasi) itu hanya sebuah sliding tackle atau papan peluncur, tapi esensinya adalah kita berjuang untuk Gorontalo,” tutupnya. (adv)
Pewarta: Hendra Setiawan