60DTK – OPINI : “Separatis”, istilah inilah yang hampir dilekatkan pada ormas Hizbut Tahrir Indonesia, dengan tujuan mereka yang ingin mengganti dasar Negara secara total dengan sistim khilafah. Dalam perspektif Negara Demokratis seperti Indonesia, jelas-jelas ini adalah sebuah ancaman nyata bagi keutuhan bangsa. Namun di negara demokratis ini, mereka bebas berpendapat karena dilindungi oleh undang-undang tentang kebebasan berekpresi.
Hak kebebasan berpendapat inipun dimanfaatkan sangat baik oleh HTI untuk mengembangbiakan pola pikir mereka yang bersifat dekontruksi yang artinya membongkar sampai habis dan membangun kembali yang baru. Mereka berfikir, bahwa demokrasi adalah sistem yang gagal karena tidak bisa menciptakan keadilan secara utuh dengan masih banyaknya kejahatan yang terjadi.
Kejahatan itu diantaranya adalah kejahatan politik, kriminal dan prilaku korupsi. Alasan ini dijadikan oleh mereka sebagai kesempatan untuk menawarkan sistem khilafah Al-Islamiyah atau Negara Islam. Tapi ini bertolak belakang dengan tradisi Nabi, pasalnya Nabi sampai meninggalpun tidak pernah merumuskan konsep politik atau Negara islam.
Di Pakistan, Hizbut Tahrir telah menjadi partai tapi tidak sedikit juga negara-negara yang menolak keberadaan Hizbut Tahrir ini. Misalnya Arab Saudi, Mesir dan Turki, di Indonesia HTI tidak bisa menjadi partai karena dianggap menjadi ancaman terhadap ideologi Negara. Tetapi mereka tidak kehilangan akal dengan cara berafiliasi pada partai politik islam dan ikut kontestasi politik dengan membawa misi mereka secara terselubung.
Beberapa tahun belakangan ini, gerakan mereka semakin berani dan Nampak dengan jumlah masa yang banyak, pada tahun 2004 mereka memutihkan gelora bung karno untuk melaksanakan muktamar disitu, mereka juga pernah membuat long march yang dihadiri puluhan ribu masa dan puncaknya pada aksi 411 dan 212, ditambah lagi dengan gerakan mereka yang semakin kongkrit dengan menyebut pancasila adalah ideology tidak berhasil,
Sebenarnya saya setuju dengan upayah gerakan mereka yang menolak asing, Amerika, kapitalisme dan imperialisme, tetapi yang membuat saya sangat tidak sepakat adalah mereka menggunakan topeng agama untuk menolak itu. Mereka ingin memang adalah sistem Sslam dan menerapkan hukum-hukum islam seperti Rajam, potong tangan dan Qhishas. Wahda Islamiyah itu fundamentalis, tapi masih percaya pancasila berbeda dengan HTI.
Khilafah Al-Islamiyah itu jadi seperti dinasti atau kerajaan. Dalam hal ini HTI juga kesulitan untuk membuatnya, misalnya ketika negara Islam terbentuk, lantas siapa yang menjadi khilafahnya atau pemimpin negara islam itu? Kalau mereka mengangkat khilafah dari Indonesia, otomatis mayoritas umat muslim yang ada diseluruh dunia harus mendengar dan taat pada Indonesia.
Dalam konteks Khilafah yang menjadi pemimpin harus didengar oleh umatnya. Sanggahanya adalah tidak ada negara yang tidak punya ego sektoral. Arab Saudi kalau harus taat pada Indonesia hanya karena khilafah dari Indonesia, kan tidak mungkin.! Karena ada batasan yang tidak bisa dilanggar misalnya, sumber daya alam, politik dan ekonomi yang tidak mungkin dilanggar hanya karena Khilafah dari Indonesia. #SayaIndonesia #SayaPancasila
Penulis : Edo Dingkol