Minyak Goreng Mahal, Keuntungan Pelaku Usaha Menipis

Nince Tahir (49), penjual gorengan di Pasar Harian Shopping Center Limboto saat melayani pembeli, Selasa (30/11/2021). (Foto: Andi 60dtk)

60DTK, Kabupaten Gorontalo – Kenaikan harga minyak goreng tidak hanya memengaruhi turunnya omset pedagang minyak goreng itu sendiri. Pelaku usaha rumah makan dan penjual gorengan dan sejenisnya juga ikut merasakan dampaknya, karena minyak goreng jadi salah satu bahan utama yang mereka gunakan untuk memasak.

Nince Tahir (49), penjual gorengan yang ada di pasar harian Shopping Center Limboto, Kabupaten Gorontalo, mengaku bahwa kenaikan harga minyak goreng membuat keuntungan yang didapat jadi semakin sedikit dibanding sebelumnya.

Bacaan Lainnya
Munif Ahmad (kanan), pemilik Rumah Makan Sahabat di Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto, saat berbincang dengan karyawannya sambil menunggu pembeli datang, Selasa (30/11/2021). (Foto: Andi 60dtk)

“Tidak rugi, hanya untung sedikit sekali,” aku Nince saat ditemui awak media, Selasa (30/11/2021).

Menurut Nince, kenaikan harga minyak goreng baik curah maupun kemasan dalam beberapa bulan terakhir sangat tinggi. Untuk minyak goreng curah misalnya, biasanya dibeli dengan harga di bawah Rp300 ribu per galon, sekarang sudah hampir mencapai Rp375 ribu setiap galon.

Baca juga: Kenaikan Harga Minyak Kelapa Pengaruhi Omset Pedagang di Shopping Limboto

“Sekarang saya sudah pakai minyak goreng kemasan yang bimoli, karena ini irit. Kalau yang curah cepat habis. Harganya juga yang kemasan masih di bawah jika dibanding dengan curah. Sebelumnya saya pakai yang curah, tapi karena harga naik, saya sudah dua bulan ini pindah ke minyak kemasan,” tandasnya.

Sementara itu, Munifa Ahmad (50), salah satu pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto, juga mengakui bahwa kenaikan harga minyak goreng juga membuat keuntungan yang didapat semakin sedikit.

“Soal dapat minyak goreng itu gampang, cuma harganya mahal. Hari ini harganya begini, besoknya naik lagi. Jadi dampaknya jelas ada, keuntungan tipis,” beber Munifa.

Karena harga minyak goreng mahal dan keuntungan yang didapat sedikit, kata Munifa, Ia terpaksa menaikkan harga sejumlah jenis makanan yang dijual. Sebab dari keuntungan yang didapat, Ia masih harus membayar pajak usaha setiap bulannya.

“Seperti harga gorengan, gorengan perkedel itu sudah saya jual Rp5000 dapat empat biji dari sebelumnya Rp1000 per biji. Saya kasih naik harga ini dua minggu lalu,” ujar pemilik Rumah Makan Sahabat tersebut.

 

Pewarta: Andrianto Sanga

Pos terkait