Perang Baru Akan Dimulai Ketika Rektor UNG Sudah Terpilih

Ahmad Fadhli, Pengajar UNG. (Foto - Tatiyechannel.com)

60DTK – GORONTALO – “Jangan sampai civitas akademika UNG menjadi mabuk seperti pasukan gabungan dalam Perang Karansebes,” tulis Ahmad Fadhli.

Sebuah tulisan dari salah seorang pengajar di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Ahmad Fadhli, jelang Pemilihan Rektor (Pilrek) UNG, cukup menarik perhatian. Pasalnya, Ia menggunakan sebuah kisah klasik yang melegenda tentang Perang Karansebes, yang menceritakan peperangan antara pasukan gabungan Austria, Jerman, dan Prancis melawan pasukan Turki sekitar dua setengah abad lalu untuk menyampaikan harapan agar tidak terjadi polarisasi dalam Pilrek UNG kali ini, yang akan membuat civitas akademika UNG menjadi mabuk seperti pasukan gabungan dalam cerita tersebut.

Bacaan Lainnya

Baca : Pilrek Bukan Pilkada

Ia merunut kisah klasik itu mulai dari ketika orang Austria, Jerman, dan Prancis mendirikan kemah untuk bermalam, sementara beberapa pasukan pengintai ditugaskan berjaga dan memeriksa pedesaan terdekat demi mengecek kehadiran pasukan Turki. Konyolnya, bukan pasukan Turki yang mereka temukan, melainkan sekelompok kaum gipsi yang menawarkan alkohol.

Singkat cerita, pasukan gabungan yang ditugaskan untuk mengintai tersebut pun minum alkohol bersama dengan kaum gipsi itu. Bodohnya, salah satu orang yang sangat bersemangat, tak sengaja melepaskan tembakan, yang didengar oleh petugas infanteri lain, dan mengira bahwa itu adalah isyarat adanya pasukan Turki.

Hal inilah yang kemudian menjadi alasan kemenangan Turki kala itu. Kebodohan yang mengakibatkan nyawa di antara sesama pasukan gabungan Austria, Jerman, dan Prancis hilang secara sia – sia. Pasukan Turki yang datang sebagai musuh mereka justru menemukan lebih dari 10 ribu jasad tentara Austria, Jerman, dan Prancis dalam keadaan tewas dan terluka. Mereka tertawa terbahak – bahak karena melihat musuh mereka berperang antar sesama karena mabuk.

Baca : Soal Pilrek UNG, Gubernur : Siapapun Yang Terpilih, Itu Pilihan Mereka

Dengan merunut kisah tersebut secara gamblang, Fadhli mengungkapkan harapannya terhadap Pilrek yang akan menentukan nasib UNG kedepan. Menurutnya, tak boleh ada polarisasi yang terjadi dalam Pilrek kali ini, hingga membuat Civitas Akademika UNG menjadi mabuk seperti pasukan gabungan Austria, Jerman dan, Prancis, yang mengakibatkan sesama mereka saling melukai (perasaan) dan bahkan saling membunuh (karakter), sehingga musuh yang sesungguhnya (kebodohan) akan menertawai sebagai akademisi.

“Sebagai akademisi, sudah sepantasnya kita memaknai Pilrek ini sebagai Palchinsky Principles, yaitu berpikir pada spektrum yang lebih luas. Sesungguhnya perang baru akan dimulai ketika rektor UNG sudah terpilih, karena tantangan dan arus gelombang terbesar kita adalah menjadi Leading University di Asia Tenggara,” tegas Fadhli dalam tulisannya. (rds/)

 

 

.

 

Pos terkait