Setelah Nassau, Balar Sulut Ekskavasi Benteng Maas di Gorut

Irna Saptaningrum ketua tim Ekskavasi Benteng Maas

60DTK – Daerah: Setelah beberapa minggu melakukan penggalian Benteng Nassau di Kota Gorontalo, kali ini Tim dari Balai Arkeologi (Balar) Sulawesi Utara kembali melakukan Ekskavasi di Gorontalo, penggalian kali ini dilaksanakan di Benteng Maas Gorontalo Utara dengan tim yang berbeda, tapi dalam naungan kerja Balar Sulut.

Ekskavasi Benteng Maas ini diketuai oleh Irna Saptaningrum yang juga terlibat dalam penggalian benteng Nassau. Menurut Irna, Ekskavasi akan mencari tiga dari 4 bastion Benteng Maas yang telah hilang.

“Secara Fisik tiga bastion ini sudah tidak ada, namun, untuk mencari struktur fondasi masih bisa dilacak sehingga dapat ketahui posisinya”.

Penggalian awal dilakukan Irna di sisi barat daya benteng yang diperkirakan menjadi salah satu tempat bastion yang hilang,” ada satu bastion yang masih tersisa meskipun dalam kondisi rusak, bastion itu berada di sisi timur laut,” ujar Irna Saptaningrum, Rabu (1/5/2019).

Setelah melakukan penggalian beberapa hari, akhirnya tim Ekskavasi yang diketuai Irna tersebut menemukan fragmen keramik yang berada di kedalaman 52 cm dari permukaan tanah pada awal penggalian.

“Stoneware dan keramik ini menunjukan aktifitas di dalam Benteng Maas,” kata Irna.

Struktur Benteng Maas yang tersisa, meskipun sudah tidak dalam keadaan yang utuh. Foto: Istimewa

Dalam catatan lama, Irna mengatakan Benteng Maas ini berlokasi di pesisir Utara Gorontalo mengahadap laut Sulawesi yang berada tidak jauh dari pinggir pantai dan sungai.

Benteng Maas pada masanya memilki Empat Bastion dan yang tersisa sampai dengan sekarang hanya satu bastion, sisa bastion itulah yang kemudian menjadi tujuan para peneliti.

Muhammad Chawari tim peneliti Ekskvasi Benteng Maas yang juga merupakan peneliti dari Balar Yogyakarta mengatakan, uniknya Bastion yang tersisa berbentuk segi delapan (Oktagon).

Agus Trihascahyo pakar Geo-Arkeologi anggota tim Ekskavasi juga mengungkapkan, bahwa sisa reruntuhan Benteng Maas masih bisa disaksikan saat ini.

“Struktur Benteng atau Bastion ini adalah batu karang, andesit, tuva, breksi, granodiorit, serta spesinya campuran antara terumbu karang yang dihaluskan dengan pasir halus,” imbuh Agus.

Irna menambahkan, pada masa Raja Biya berkuasa ia membangun dua Benteng. Dan setelah masa kekuasaannya selesai, apakah Benteng yang pernah dibangun Raja Biya tersebut dikuasai Spanyol, VOC atau lainnya, masih perlu dilakukan tinjauan penelitian lebih lanjut lagi.

“Belum diketahui secara pasti siapa yang membangun Benteng ini, tapi merujuk pada catatan lama, pada masa pemerintahan Raja Biya yang memerintahkan Kerajaan Limutu, pernah memindahkan ibukota Kerajaan; dari Limutu (Limboto) ke Uanengo, nama lama kota Kwandang saat ini,” papar Irna Saptningrum ketua tim Ekskavasi benteng Nassau. (rls)

Rilis dari Balar Arkeologi Sulawesi Utara

Pos terkait