Tumbilotohe Diundur? Ini Klarifikasi Ustad Mateka

Ustad Syaifuddin Mateka. (Foto - Gopos.id)

60DTK-GORONTALO – Tumbilotohe merupakan sebuah tradisi memasang lampu di halaman rumah penduduk dan di jalan – jalan, terutama jalan menuju masjid, yang dilaksanakan pada 3 malam terakhir ramadan jelang idul fitri. Perayaan ini adalah salah satu tradisi yang telah ada di Gorontalo sejak zaman nenek moyang dulu, dan dilaksanakan sebagai salah satu penanda akan berakhirnya bulan suci ramadan.

Karena itu, setiap tahunnya di bulan suci ramadan, selalu bisa disaksikan berbagai persiapan untuk melaksanakan tradisi turun – temurun ini.

Namun, ada yang berbeda di tahun ini. Menjelang waktu pelaksanaan tumbilotohe, masyarakat justru dihebohkan dengan beredarnya kabar dari salah satu media cetak terkait akan adanya pemindahan waktu pelaksanaan malam tumbilotohe.

Baca juga : Menjelang Ramadhan, Warga Gorontalo Mulai Menyiapkan Atribut Tumbilotohe

Kabar itu pun menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak? Dikabarkan, malam tumbilotohe baru akan dilaksanakan pada malam lebaran ketupat nanti.

Menanggapi hal ini, dilansir dari Gopos.id, Ustad Syaifuddin Mateka angkat bicara. Karena menurutnya, terkait pemindahan pelaksanaan tumbilotohe ini sempat Ia sampaikan pada saat memberikan ceramah salat tarawih di salah satu masjid beberapa waktu lalu.

“Saya sempat menyampaikan itu waktu ceramah di salat tarawih selama 15 menit. Bahwa Nabi itu kalau di 10 malam terakhir ramadan, beliau iktikaf di masjid, mengencangkan sarungnya, menghindari keluarganya, bahkan jika tak ada urusan penting beliau tidak akan keluar masjid,” tuturnya.

Baca juga : Ramadhan Kami Di Desa Dulukapa

Namun, Ia menilai ada kekeliruan dalam penulisan berita terkait apa yang Ia sampaikan saat itu.

“Tidak tepat kalimat pemberitaan orang yang mengangkat berita ini. Akhirnya kan viral di mana – mana,” ujar Mateka.

Padahal menurutnya, dirinya menyampaikan hal tersebut hanya sebatas usulan saja, bukan keputusan yang mutlak.

“Saya tidak mengatakan akan memindahkan tradisi orang tua dahulu, tetapi waktu perlombaan tumbilotohe – nya yang dipindahkan sesudah ramadan saja. Sekalian kita bisa bersilahturahmi. Jadi bukan tumbilotohe – nya yang dipindah,” tandasnya.

Sementara itu, menanggapi hal ini, Dewan Pengurus Adat Provinsi Gorontalo, Yamin Husain kembali menegaskan bahwa sejak dulu, tradisi tumbilotohe ini dilakukan untuk menyambut kedatangan malam Lailatul Qadar, jadi tak mungkin dipindahkan.

“Adanya tumbilotohe ini kan untuk menyambut kedatangan malam Lailatul Qadar, kalau sudah malam ketupat dilakukan, berarti malam Lailatul Qadar – nya turun pada malam lebaran ketupat,” ucapnya dengan sedikit tertawa.

Ia mengungkapkan, bahwa tumbilotohe ini memiliki nilai budaya tersendiri bagi masyarakat, ketika terjadi perubahan waktu pelaksanaan, maka akan terjadi  pergeseran nilai budaya yang ada di masyarakat.

“Tumbilotohe ini memiliki nilai budaya tersendiri bagi masyarakat, jadi tak boleh diubah – ubah. Ketika terjadi perubahan, maka akan terjadi pergeseran nilai budaya juga di masyarakat,” tegas Yamin.

Pewarta : Moh. Effendi
Editor : Nikhen Mokoginta

Pos terkait