60DTK – GORONTALO – Foto seorang model yang tersebar di media sosial menggunakan baju adat Gorontalo pada Pemilihan Putra – Putri Kebudayaan Indonesia, menuai banyak kontroversi. Pasalnya, pakaian adat yang digunakan perempuan tersebut dinilai tidak lagi sesuai dengan konteks pakaian adat yang sesungguhnya.
Ketua Forum Pemuda Gorontalo, Yahyah Abdullah pun menilai, menurutnya pakaian adat Gorontalo yang dikenakan itu dibuat oleh oknum yang tidak paham dengan budaya Gorontalo.
Baca juga : Seorang Bocah Hanyut Terbawa Arus Di Pantai Indah Pohe
“Sebagai Pemuda Gorontalo, saya merasa resah dengan postingan itu, di mana baju adat Gorontalo itu diproduksi sama sekali tidak lagi sesuai dengan konteks baju adat itu sendiri. Saya pikir ini dibuat oleh oknum yang tidak paham dengan Kebudayaan di Provinsi Gorotalo,” tegasnya saat dimintai keterangan oleh awak media, Sabtu (24/08/2019).
Ia pun menuturkan bahwa Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang memiliki kultur yang seharusnya dijaga setiap generasi.
“Provinsi Gorontalo dikenal dengan kebudayaan yang kuat. Para leluhur sangat menjaga kebudayaan kita dari dulu hingga masa kini. Seharusnya kita juga bisa terus menjaganya,” ungkapnya.
Dengan tegas, Ia pun mengutuk keras bagi siapa saja yang merubah konteks baju adat yang sakral tersebut.
“Saya sebagai Pemuda Gorontalo mengutuk keras siapapun yang merubah konteks adat istiadat kita di Gorontalo. Sejarah telah menjaga, cerita adalah masa lalu, kita penikmat masa kini, maka jangan pernah merubah sejarah,” tandasnya.
Sementara itu, seperti yang dilansir dari read.id, salah seorang budayawan Gorontalo, Alim Neode menjelaskan, melakukan modifikasi pakaian adat tersebut adalah bentuk pelecehan bahkan adalah penghinaan bagi filosofi Gorontalo.
“Sementara tampilan itu secara lengkap salah dan melanggar filosofi, karena telah memperlihatkan aurat,” tegasnya.
Harusnya kata Alim, hal – hal seperti ini harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Pemerintah dan juga masyarakat Gorontalo.
“Harus ditanyakan terlebih dahulu yang sebenarnya itu seperti apa. Kan banyak sekali tokoh adat di Gorontalo, para batepun lembaga adat. Jangan bikin semaunya seperti itu,” tukasnya.
Pewarta : Moh. Effendi
Editor : Nikhen Mokoginta