Yuriko Kamaru Beri Penguatan Politik Jelang Pemilu di Desa Pinogu Permai

Anggota Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo, Yuriko Kamaru saat memberikan pemahaman pendidikan politik dalam menghadapi pemilu 2024, di Desa Pinogu Permai, Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Kamis (24/08/2023). (Foto: Ist)

60DTK, Gorontalo – Anggota Komisi I DPRD Provinsi Goronralo, Yuriko Kamaru didaulat sebagai pembicara utama dalam kegiatan sosialisasi pendidikan politik di Desa Pinogu Permai, Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Kamis (24/08/2023).

“Sebelum saya memaparkan materi ini, saya ingin membuat batasan pada diskusi kita hari ini. Pertama, saya tidak akan menjawab pertanyaan seputar posisi saya di partai politik. Kedua, pertanyaan tentang tugas saya di DPRD, terutama dalam memperjuangkan aspirasi, tidak akan saya tanggapi. Kegiatan ini bukanlah tempat yang tepat untuk hal tersebut,” tegas Yuriko sebelum memulai materinya.

Bacaan Lainnya

“Dalam paparan hari ini, fokus saya hanya akan membahas tentang partisipasi pemilih pemula dalam konteks persiapan menghadapi pemilihan umum (pemilu) tahun 2024. Saya akan mematuhi batasan ini karena saya menghargai profesionalisme dalam menjalankan tugas dan kewenangan yang saya emban,” sambungnya.

Selama sesi pemberian materi, Yuriko pun memaparkan secara terinci tentang pentingnya partisipasi pemilih pemula dalam proses demokrasi, khususnya dalam pemilihan umum mendatang. Ia menekankan bahwa pemilih pemula memiliki peran yang strategis dalam menentukan arah dan kebijakan negara melalui hak pilihnya.

“Pemilih pemula adalah pilar masa depan negara. Partisipasi adik-adik dalam pemilihan umum nanti, adalah wujud nyata dari demokrasi yang kuat. Oleh karena itu, kita perlu memastikan bahwa pemilih pemula memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya hak pilih dan dampaknya bagi masyarakat dan negara,” jelasnya.

Unsur vital partisipasi pemilih pemula dalam pesta demokrasi tahun 2024 mendatang, menurutnya, peran daripada generasi muda nanti menjadi penentu arah dan tujuan negara.

Yuriko menggambarkan bahwa pemilihan umum (pemilu) adalah momentum penting bagi setiap warga negara. Namun, bagi pemilih pemula, proses ini memiliki makna yang lebih dalam, karena suara generasi muda memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan negara.

“Dalam pemilihan umum tahun 2024, pemilih pemula memiliki peluang emas untuk berkontribusi dalam menentukan kebijakan, memilih pemimpin, dan mengubah realitas sosial yang diinginkan,” ujar dia.

Lebih lanjut, Yuriko juga membahas peran pemilih pemula dalam menghadapi pesta demokrasi 2024, diantaranya yang pertama, mengamplifikasi Isu-isu penting, yakni pemilih pemula memiliki kemampuan untuk memperjuangkan isu-isu yang relevan dengan masa depan mereka, seperti pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan. Dengan aktif berpartisipasi dalam pemilihan umum, pemilih pemula dapat memperkuat agenda-agenda ini dan menuntut perhatian dari calon pemimpin.

Kedua, membentuk kepemimpinan yang mewakili, di mana para pemilih pemula memiliki potensi untuk membentuk kepemimpinan yang lebih inklusif dan mewakili keragaman masyarakat. Dengan memberikan suara untuk calon yang mengartikulasikan nilai dan aspirasi mereka, pemilih pemula turut memainkan peran dalam membentuk tatanan politik yang lebih responsif.

Ketiga, menyokong demokrasi yang kuat, karena partisipasi aktif pemilih pemula adalah penopang demokrasi yang kuat. Suara pemilih pemula membantu menjaga akuntabilitas pemimpin terpilih, serta memastikan proses demokrasi berjalan sesuai dengan prinsip-prinsipnya.

“Tidak ada usia yang terlalu muda untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi. Pemilih pemula adalah bukti bahwa demokrasi adalah hak universal yang harus dihormati dan dilindungi. Jangan ragu untuk menggunakan hak pilih Anda, karena suara Anda memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang mungkin Anda kira,” paparnya.

Dari materi dan pandangan serta pemahaman yang diberikan ini, Ia pun berharap kesadaran dan partisipasi pemilih pemula akan semakin meningkat, untuk membawa dampak positif bagi arah dan perkembangan negara yang lebih baik.

Lepas dari itu, tidak hanya memberikan materi yang disiapkan sebelumnya, Yuriko juga berinteraksi dengan peserta dalam sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan menarik muncul dari peserta bernama Yuyun Santoti, yang mengajukan pertanyaan kritis terkait dampak dari golput dalam proses demokrasi.

“Bagaimana kalau orang yang golput? Apa akibatnya bagi proses demokrasi dan negara?” tanya Yuyun Santoti kepada Yuriko.

Dengan sikap yang terbuka dan responsif, Yuriko memberi jawaban tegas bahwa Golput memiliki dampak melemahkan legitimasi demokrasi, mengurangi representasi yang akurat, serta mengurangi dampak perubahan sosial.

“Yang perlu kita pahami secara saksama bahwa, saat seseorang memilih untuk golput, artinya mereka memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Namun, ini dapat berdampak pada beberapa hal yang signifikan,” jawabnya.

Yuriko pun menjelaskan dampak lainnya dari golput, di antaranya melemahkan legitimasi demokrasi, di mana setiap suara memiliki peran dalam memilih wakil dan pemimpin. Ketika sejumlah warga memilih untuk tidak memilih, hal ini dapat merusak legitimasi proses demokrasi dan melemahkan kualitas keputusan yang dihasilkan.

Mengurangi representasi yang akurat, artinya golput dapat mengurangi akurasi representasi politik. Suara yang tidak digunakan mungkin saja akan memengaruhi hasil akhir dan menyebabkan kandidat atau kebijakan yang tidak sepenuhnya mencerminkan kehendak mayoritas.

Mengurangi dampak perubahan sosial, dengan artian demokrasi adalah alat untuk perubahan sosial yang dikehendaki oleh rakyat. Golput dapat mengurangi pengaruh dan kemampuan masyarakat untuk membentuk kebijakan dan arah negara sesuai dengan aspirasinya.

“Namun, mari kita ingat bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih atau tidak. Saya juga memahami bahwa ada berbagai alasan di balik keputusan seseorang untuk golput. Yang penting adalah memahami konsekuensinya dan memilih dengan bijak. Jika Anda memiliki keprihatinan tentang sistem atau kandidat, ada cara lain untuk berpartisipasi dalam proses politik, seperti memberikan suara tidak sah atau terlibat dalam advokasi. Tetaplah terlibat dalam pembentukan masa depan negara kita,” imbau politisi Nasdem itu.

Selain itu, menurut dia, pemilih juga memiliki peran dalam mengenali praktik politik yang kurang etis atau janji-janji yang tidak realistis. Oleh karena itu, pendidikan politik yang dilaksanakan Kesbangpol ini menjadi edukasi bagi pemilih mengenai hak-hak mereka, dan cara memilih berdasarkan informasi yang akurat sangat penting untuk meminimalisasi dampak negatif dari tindakan semacam itu.

“Dalam demokrasi yang sehat, prinsip transparansi, kejujuran, dan akuntabilitas harus dijunjung tinggi. Pemerintah dan pengawas harus bersikap tegas terhadap pelanggaran hukum atau etika. Di sisi lain, kita sebagai pemilih harus kritis dan berpendapat berdasarkan informasi yang valid dan akurat. Pilihan kita harus didasarkan pada visi, nilai, dan kompetensi calon, bukan sekadar janji-janji kosong,” ujarnya.

Di akhir materinya, Yuriko pun mengajak semua peserta untuk memahami lebih dalam dinamika politik. Ia juga mengingatkan seluruh peserta sosialisasi tentang bahaya janji politik.

“Janji-janji politik bisa menjadi pintu bagi manipulasi dan kebohongan lainnya. Masyarakat perlu berhati-hati dalam menerima janji tanpa kritikalitas. Sebaiknya kita tidak terjebak oleh janji manis yang berpotensi hanya sebagai alat untuk meraih suara,” tegas Yuriko.

“Jangan sampai warga Pinogu, atau masyarakat mana pun, menjadi korban janji-janji kosong yang hanya memancing harapan semu. Mari kita pilih berdasarkan visi, komitmen nyata, dan rekam jejak calon dalam mewujudkan kebaikan bagi kita semua,” tutupnya. (adv)

 

Pewarta: Hendra Usman

Pos terkait