AJI Gorontalo Ajak Pemuda Desa Belajar Menjaga Pengetahuan Lokal Lewat Dunia Digital

AJI Gorontalo Ajak Pemuda Desa Belajar Menjaga Pengetahuan Lokal Lewat Dunia Digital
Suasana pelatihan dan pembuatan website oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo. Foto: ist

60DTK.COM – Sejauh ini pengetahuan lokal di Gorontalo diwariskan dari mulut ke mulut. Ada yang berupa ritual budaya, ada pula teknik bertani tradisional, atau cara membaca musim tanam. Sayangnya, semua itu terancam hilang jika tidak didokumentasikan.

Melihat persoalan itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo menghadirkan program Pelatihan dan Pembuatan Website Sebagai Pusat Informasi untuk Praktik-praktik Pengetahuan dan Keahlian Lokal.

Bacaan Lainnya

Gagasannya sederhana, mengajarkan anak muda desa menulis, memotret, membuat video, dan mengelola website.

Pengetahuan lokal tidak hanya hidup di ladang atau ruang ritual, tapi juga bisa tersimpan di ruang digital dan diakses lintas generasi.

Agenda ini digelar pertama sejak 2023 lalu di Desa Bontula, Kabupaten Gorontalo.

Kegiatan serupa juga dilakukan di Desa Saritani, Kabupaten Boalemo. Berbeda dengan Bontula, kali ini pelatihan dilakukan di rumah warga Dusun Tangga II.

Peserta mendapat materi menulis berita, memotret, membuat video sederhana, hingga mengelola website dan media sosial desa.

Selain itu, sesi pre-test dan post-test dilakukan untuk mengukur peningkatan pemahaman.

Pelatihan ini bukan sekadar teknis, AJI Gorontalo ingin menumbuhkan kesadaran bahwa pengetahuan lokal punya nilai besar.

Misalnya praktik panggoba atau dayango di Gorontalo, hingga cara membaca musim tanam yang diwariskan masyarakat Jawa di Saritani. Semua itu bisa hilang jika tidak disimpan.

Website dan media sosial menjadi wadah baru untuk menyelamatkan pengetahuan itu.

Anak muda desa diharapkan mampu mengelola dokumentasi, bukan hanya untuk kebutuhan internal desa, tapi juga untuk memperkenalkan kearifan lokal mereka ke publik yang lebih luas.

Indikator pelatihan memang sederhana, pre-test dan post-test yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan peserta.

Namun, yang lebih penting adalah perubahan cara pandang. Pemuda desa mulai melihat bahwa kehidupan mereka sehari-hari layak dituliskan, difoto, dan dibagikan.

“Program ini langkah awal untuk memantik kesadaran, sekaligus bekal pemuda dalam menjaga pengetahuan lokal lewat media digital,” kata Renal Husa, koordinator kegiatan yang didukung GEF tersebut. (rls)

Pos terkait