Balai Arkeologi Sulut Pamerkan Hasil Penelitian Dari Tiga Provinsi

Salah seorang pengunjung yang sedang melihat benda - benda purbakala (antik) pada Pameran Arkeologi Balai Arkeologi Sulawesi Utara di Rumah adat Bantayo Poboide, Kabupaten Gorontalo, Kamis (27/06/2019). (Foto - Zul)

60DTK-KABGOR – Guna menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir, Balai Arkeologi Sulawesi Utara melaksanakan pameran arkeologi di Rumah Adat Bantayo Poboide Kabupaten Gorontalo (Kabgor) pada tanggal 27 hingga 28 Juni 2019.

Adapun hasil penelitian arkeologi yang dipamerkan kali ini, tidak hanya temuan di Provinsi Sulawesi Utara maupun Gorontalo saja, namun juga Sulawesi Tengah.

Bacaan Lainnya

Baca juga : Pemkab Gorontalo Raih Tiga Penghargaan Award Regional XI 2019

Khusus Provinsi Gorontalo, situs arkeologi yang ditampilkan di antaranya adalah Benteng Mas di Gorontalo Utara, Benteng Nassau di Kota Gorontalo, dan Kerangka Komunitas Oluhuta yang terdapat di Kabupaten Bone Bolango.

Selain itu, pameran ini juga menampilkan benda – benda purbakala berupa televisi, jam dinding, mesin ketik, setrika, dan lain – lain, yang merupakan koleksi dari masyarakat Kecamatan Telaga Biru, Tilango, Limboto, Pulubala, Mootilango, dan Bilato di Kabgor.

Berkaitan dengan kegiatan ini, Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Wuri Handoko mengatakan, hasil penelitian arkeologi ini, baik yang dilakukan oleh balai arkeologi maupun balai pelestarian cagar budaya sangatlah penting untuk dipublikasikan dan diketahui oleh masyarakat luas.

“Penelitian arkeologi ini sangat penting dalam konteks pendidikan, ilmu pengetahuan, dan juga untuk proses pembangunan, khususnya daerah,” jelas Wuri, Kamis (27/06/2019).

Meski begitu Wuri menambahkan, walau dibuka untuk umum, kegiatan ini lebih menyasar para pelajar, khususnya di Kabgor. Sebab, kata Wuri, melalui pameran seperti ini siswa – siswi dapat mempelajari banyak hal yang belum masuk dalam kurikulum pendidikan.

Ia juga mengaku hasil penelitian terkait cagar budaya di Kabgor sampai saat ini masih minim. Karenanya, Wuri sangat mengapresiasi animo masyarakat dari beberapa kecamatan yang masih mempunyai kepedulian dalam melestarikan benda – benda peninggalan masa lampau.

“Meskipun di dalam konteks arkeologi barang yang ditampilkan itu tidak bernilai arkeologi atau cagar budaya,” pungkasnya.

 

 

Pewarta : Andrianto Sanga
Editor : Nikhen Mokoginta

Pos terkait