60DTK, Kabupaten Gorontalo – Bangunan food court atau pusat kuliner yang ada di kawasan Pakaya Tower, Kecamatan Limboto, akhirnya diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo,
Pantauan awak media pada Sabtu (5/03/2022), pusat kuliner di Ibu Kota Kabupaten Gorontalo itu sudah diisi oleh belasan pedagang kuliner. Ratusan pengunjung yang didominasi anak muda tampak memadati meja-meja yang tersedia sembari menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.
Terlepas dari peresmian ini, ada ada beberapa fakta di baliknya. Dalam tahap perencanaan sampai pekerjaan yang dimulai di tahun 2019 lalu, proyek dengan nilai kurang lebih Rp1,9 miliar tersebut sangat dibangga-banggakan oleh Pemkab Gorontalo.
Bangunan itu disebut-sebut akan menjadi pusat kuliner terbesar di Provinsi Gorontalo. Selain itu, pusat kuliner ini diklaim akan meningkatkan perputaran roda ekonomi masyarakat, menambah pendapatan asli daerah (PAD), bahkan semakin mempercantik kawasan Pakaya Tower karena sebelumnya telah dibangun taman budaya dan air mancur.
Sayangnya, proses pekerjaannya baru bisa rampung pada Desember 2021, molor jauh dari target sebelumnya yang harus selesai pada tahun 2020. Informasi beredar, keterlambatan disebabkan karena anggaran pengerjaan pusat kuliner tersebut digeser untuk penanganan covid-19.
Karena hal itu, pemerintah mengambil kebijakan memperpanjang kontrak CV Agung Prima Jaya sampai tahun 2021. Keduanya juga sepakat dana pembangunannnya untuk sementara dibiayai oleh pihak perusahaan, dan akan dibayar oleh pemerintah melalui APBD 2021.
Cerita di balik layar peresmian belum berhenti sampai di situ. Pasalnya, jumlah lapak yang ada saat ini juga tidak sesuai rencana. Awalnya, lapak yang akan disediakan sedikitnya ada 28, namun berkurang hanya jadi 18 saja. Belum lagi hanya sedikit pedagang yang sudah lama berjualan di kawasan Pakaya Tower Limboto yang mendapatkan tempat.
Informasi yang diterima awak media, hanya ada delapan pedagang lama yang mendapat lapak di pusat kuliner tersebut. Sementara sisanya ditempati oleh pedagang-pedagang baru. Padahal, tujuan pusat kuliner ini dibangun supaya pedagang memiliki tempat berjualan yang representatif.
Saat dikonfirmasi, Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo menjawab satu per satu fakta-fakta tersebut. Dimulai dari molornya pekerjaan, Ia mengungkapkan bahwa pihaknya sempat terkendala anggaran akibat adanya bencana non-alam covid-19.
“Kenapa terlambat? Karena memang covid-19, terjadi refocusing dua tahun terakhir. Kalaupun ini sudah selesai dari tahun lalu, belum bisa digunakan secara optimal karena kita di era covid-19,” jelas Nelson usai meresmikan pusat kuliner tersebut.
Terkait dengan jumlah lapak yang berkurang, Nelson menuturkan bahwa hal itu karena lahan yang ada harus disisakan untuk penempatan booth container untuk PKL lainnya berjualan, juga anggaran pemerintah yang terbatas.
“Dalam perencanaan memang 28, berarti hilang 10. Kalau kita sambung semua bisa, tapi karena anggaran dan banyaknya orang (PKL) yang meminta tempat, kita beri ruang mereka di container. Booth container ada 30, berarti 18 ditambah 30,” ujarnya.
Adapun soal banyak pedagang makanan dan minuman yang tidak mendapatkan tempat lapak, kata Nelson, pihaknya sebelumnya telah meminta pedagang untuk memilih berjualan di food court atau booth container.
“Ternyata hanya delapan orang memilih di sana, sehingga sisanya kita berikan kepada umum. Intinya semua pedagang diberi ruang sehingga tidak ada yang tidak dapat tempat, hanya beda-beda tempatnya,” tandasnya.
Pewarta: Andrianto Sanga