Hati-Hati, Kampanye Politik Negatif Berpengaruh Terhadap Kesehatan

STOP KAMPANYE HITAM. Foto : google.id

60DTK – KESEHATAN : Jelang pesta demokrasi (pemilu) tahun ini, banyak kampanye politik yang bersifat negatif bermunculan. Baik itu secara terang – terangan maupun terselubung dan jelas semua itu gencar dilakukan.

Seringkali kita melihat di portal pemberitaan dan media sosial saat ini, isu itu secara terus menerus berkembang. Maka jangan heran, jika masyarakat Indonesia berusaha “melek” politik. Tak lepas dari benar atau tidaknya itu adalah hak berpendapat.

Terlebih lagi jika sudah terlena dan terjebak dalam hal – hal yang bersifat negatif. Ini sangat merugikan dan berpengaruh terhadap kesehatan yang dimiliki. Dikutip dari klikdokter (19/01/2019) ternyata, jika kerap kali termakan isu – isu negatif mampu mempengaruhi otak.

Mengapa demikian ? Iya, mungkin dari awal kita bisa saja mengabaikannya. Akan tetapi, lama – lama berita/kampanye politik (negatif) itu bisa saja menjadi pemicu emosi yang juga mempengaruhi otak.

Contoh; pada saat membuka portal informasi (media pemberitaan), kita menemukan isu politik yang kurang bekenan. Ketika hendak memutar channel tv di rumahpun hiburan dan dan edukasi yang disajikan tek lepas dari aroma – aroma politik.

Parahnya lagi jika kita buka media sosial, tak jarang teman kita ikut serta dalam membagikan konten – konten yang ada kaitannya dengan politik negatif. Sehingga tak ada lagi kesempatan yang bisa dilakukan, kecuali menarik nafas dan membuangnya dengan kesal.

Akbitanya, emosi yang berhasil dipicu oleh kampanye politik (negatif) itu, mampu menciptakan kondisi atau perasaan yang negatif pula. Imbasnya, otak kita akan tidak fokus dalam melanjutkan aktivitas lainnya.

Rick Hanson, seorang pakar Neuropsikolog sekaligus pendiri Wellspring Institute for Neuroscinece and Contemplative Wisdom berpendapat bahwa, reaksi emosional yang terpicu adalah bentuk respon alami dan wajar.

“Secara alami, pikiran menjadi lebih fokus pada hal yang buruk dan membuang yang baik – baik. Konsep ini disebut fight or filght. Artinya saat seseorang menghindari (flight) sebuah informasi, Ia lebih memiliki banyak kesempatan untuk tidak terpapar. Dan sebaliknya, jika Ia memilih untuk memerangi (fight) dengan menyaksikannya dan jika tidak terlalu kuat, maka akan cenderung berubah dan terpengaruh oleh hal itu,” jelas Hanson.

Saat kita terbawa arus dengan kampanye negatif yang sering menghiasi dindingi media sosial ataupun media pemberitaan tentang politik tanah air, maka hormon stress (kortisol) akan diproduksi secara berlebihan di dalam tubuh.

Olehnya, mulai saat ini hindari untuk membuka, membaca, menonton bahkan ikut menyebarluaskan isu kampanye yang tidak baik. Hindari pula untuk gampang percaya terhadap satu informasi yang belum tentu kebenarannya.

Tanpa kita sadari, isu negatif tentang kampanye ternyata dapat berpengaruh pada kesehatan yang kita milik khususnya untuk peoses kerja otak.

Penulis : Kasim A.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan