60DTK.COM – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Gorontalo Idah Syahidah meminta Perayaan Tumbilotohe dari masa ke masa tetap mempertahankan lampu tradisional.
Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo memasuki Malam Ke 27 di Bulan Ramadan. Pada malam tersebut, masyarakat menyalankan lampu tradisional di halaman rumah masing-masing.
Tradisi Tumbilotohe ini akan berlangsung selama tiga malam berturut-turut hingga Ramadan berakhir. Sejak tahun 2014, Tumbilotohe menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh ementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pada zaman dulu, orang-orang menggunakan lampu tradisional terbuat dari wadah sejenis kerang atau buah pepaya yang memiliki sumbu kapas dengan minyak kelapa. Lampu ini sebutannya sebagai Padamala.
Hingga seiring dengan perkembangan zaman, wadah tersebut berganti dengan wadah botol kaca kecil dari minuman dengan bahan penerang minyak tanah. Bahkan sekarang ini, lampu listrik juga sudah turut mewarnai Perayaan Tumbilotohe.
“Sejak dulu kala Tumbilotohe ini identik dengan lampu botol dan minyak tanah. Tetapi sekarang banyak lampu hias tentu ini karena perkembangan zaman,” ujar Idah Syahidah., Kamis (28./4/2022).
Idah mengatakan, hal yang mendasari masyarakat lebih memilih lampu hias dengn listrik, karena lampu botol sendiri menggunakan minyak tanah yang diketahui sekarang terbilang sulit dan cukup mahal harganya.
“Zaman dahulu itu kan pake lampu botol, pakai minyak tanah, pakai minyak kelapa, nah sekarang memang sulit mencari dan mahal harganya. Tapi ini tidak mengurangi keistimewaan dari malam tumbilotohe sendiri. Masih banyak juga saya lihat yang pakai lampu botol” ungkapnya. (rds/rls)