60DTK.COM – Institute for Human and Ecological Studies (Inhides) menerbitkan Buku Saku Panduan Mitigasi Konflik Satwa Liar dengan Masyarakat di Bentang Alam Suaka Margasatwa (SM) Nantu dan Taman Hutan Raya (Tahura) BJ. Habibie pada awal 2025.
Publikasi ini merupakan bagian dari program Global Environment Facility – Small Grants Programme (GEF-SGP) Fase VII, di mana Inhides menjadi salah satu mitra pelaksana.
Buku saku ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan oleh tim Inhides sejak 2023 sampai 2024 di dua lokasi, yaitu: Dusun Bontula, Desa Bontula, Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo, dan Dusun Tangga (Tamilo), Desa Saritani, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo.
Menurut penulis buku, Terri Repi, yang juga anggota Inhides dan dosen Manajemen Sumberdaya Hayati Universitas Muhammadiyah Gorontalo, panduan ini hadir untuk menjawab kebutuhan informasi dan strategi mitigasi konflik satwa liar yang berbasis pada data ilmiah dan pengalaman lapangan.
Proses penyusunan buku ini melibatkan Defri Sofyan sebagai penyelaras aksara dan Alif Lutfi sebagai desainer tata letak, dengan dukungan penuh dari GEF/SGP Fase VII.
“Buku ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, memberikan informasi berbasis ilmiah mengenai faktor-faktor penyebab dan pendorong konflik antara satwa liar dan manusia, serta dampak konflik. Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan tentang pentingnya konservasi satwa liar dan hidup berdampingan secara harmonis (coexist). Ketiga, memberikan panduan praktis untuk mengelola dan masyarakat dalam mengurangi konflik, sehingga tercipta keseimbangan antara kepentingan manusia dan perlindungan satwa liar,” ungkap Terri.
Isi buku ini memuat beragam informasi penting, mulai dari profil kawasan SM Nantu dan Tahura BJ. Habibie, daftar jenis satwa yang sering berkonflik dengan masyarakat, faktor-faktor pendorong konflik, kerugian akibat konflik, hingga langkah-langkah yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
Selain itu, buku ini juga menguraikan alur penanganan konflik, upaya pencegahan yang efektif, panduan saat bertemu satwa liar, serta rekomendasi manajemen konflik yang bisa diadopsi di tingkat lokal.
Direktur Inhides Tarmizi Abbas mengatakan, publikasi ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi masyarakat, pemerintah daerah, pengelola kawasan konservasi, hingga organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pelestarian alam.
“Mitigasi konflik satwa liar bukan hanya soal melindungi satwa, tetapi juga melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat,” kata Trmizi.
Buku Saku Panduan Mitigasi Konflik Satwa Liar ini akan dibagikan kepada komunitas di sekitar SM Nantu dan Tahura BJ. Habibie, serta tersedia dalam versi digital agar dapat diakses lebih luas oleh publik. (rls)