Karya Rizal Misilu Banyak Menampilkan Objek Pohon Sebagai Arti Memaknai Kehidupan

Karya seni Rizal Misilu yang diberi judul Mohalingo yang artinya pulang. Digambar menggunakan Pen dan Acrylic di atas kanvas dengan ukuran medium 80 cm x 80 cm

60DTK – Gorontalo: Sebanyak 31 karya seni gambar Rizal Misilu yang dipamerkan di Riden Baruadi Gallery telah resmi dibuka pada sabtu (30/11) kemarin. Pameran yang bertajuk “Strory-Line” tersebut merupakan pameran tunggal dari seluruh karya Rizal Misilu yang diterbangkan langsung dari Yogyakarta menuju Gorontalo.

Rizal Misilu sendiri merupakan seniman gambar yang berasal dari Gorontalo, yang kemudian memilih merantau ke Yogyakarta dan Jakarta untuk meniti karir sebagai seniman. Dan pada kesempatan pameran tunggal ini, Rizal kembali pulang ke kampung halamannya dengan membawa 31 karyanya untuk dipamerkan di Riden Baruadi Gallery, dari gambar yang paling kecil berukuran 11,6 x 16,5 cm, sampai yang paling besar 80 x 80 cm, ditambah satu buku yang tak dijual berisi beberapa gambar yang Rizal sediakan khusus untuk pameran.

Bacaan Lainnya
Karya Seni Rizal yang diberi judul Rumah Kedua digambar menggunakan pen di atas kertas dengan ukuran medium 22 cm x 22 cm

Tapi ada hal yang menarik pada setiap karya yang Rizal bawa dalam pameran tunggal ini, yakni banyak memakai objek pohon. Seperti pada beberapa karya Rizal yang diberi judul, “tak pernah cukup 1”, “tak pernah cukup 2”, “living with enemy”, “rumah kedua”, “mohalingo”, dan yang terakhir “antara kau dan aku”. Beberapa karya di atas itu memakai objek pohon yang ditampilkan Rizal dalam pamerannya kali ini.

Menurut Kurator dalam pameran ini, Wayan Seriyoga Parta, mengatakan beberapa karya Rizal Misilu di pajang dibagian khusus sesuai alur kehidupan yang ditafsirkannya atas karya-karya Rizal.

“Dari sebelah kanan pintu masuk galeri, karya-karya yang terasa kuat makna konflik manusia dipajang, kemudian seperti sebuah alur, bagian-bagian lainnya dikelompokkan,” kata Wayan.

Wayan juga mengungkapkan, setiap karya Rizal yang terpajang di Riden Galery ini bisa ditafsirkan dan dipahami sendiri, karena posisi dari karya seni itu multi-tafsir.

“Karya seni kan selalu multi-dimensi dan multi-tafsir, silakan saja jika misalkan kita mengaitkannya dengan lingkungan atau isu-isu lainnya,” ujarnya.

Selaku kurator Wayan juga mengharapkan pengunjung jangan terpaku pada penafsirannya selaku kurator dan argumentasi Rizal sebagai seniman, apresiasi yang beragam justru dia harapkan.

Karya seni Rizal yang pajang di Riden Baruadi Gallery yang berjudul Living With Enemy digambar menggunakan pen di atas kertas dengan ukuran medium 29 cm x 40 cm

Namun Rizal Misilu sendiri menuturkan, alasannya banyak memakai objek pohon di setiap karyanya karena pengalaman hidupnya memaknai pohon sebagai sumber kehidupan.

“Sebenarnya mengapa banyak objeknya pohon karena saya menganggap pohon sebagai sumber kehidupan, dan kehidupan manusia sekelilingnya, tapi bisa juga dipahami sebagai kampanyae isu-isu lingkungan. Meskipun tujuan saya melukis bukan ke arah situ, tapi karya seni itu kan multi-tafsir. Jadi bisa dipahami dari sisi manapun,” jelas Rizal kepada wartawan saat press tour berlangsung, Sabtu (30/11/2019).

Kata Rizal juga, saya sudah dengar aksi teman-teman di Gorontalo tentang kampanye peluk pohon, sebagai aksi penolakan untuk maraknya penebangan pohon. Jika karya saya ini dihubungkan ke arah isu lingkungan bisa saja, namun karya yang saya buat di sini tujuannya bukan isu itu tapi ke sisi kehidupan, begitu metaforanya.

“Saya menggambarkan objek pohon itu sudah lama saya buat sebelum aksi kampanye dilakukan di sini. Tapi bisa juga dipahami ke dalam isu-isu lingkungan tadi, karena karya seni itu multi-tafsir, bisa dipahami dari sisi manapun,” jelas Rizal.

Menurut Rizal sendiri, dia punya alasan pribadi kenapa memilih pohon sebagai objek seninya. Pernah suatu waktu pada 2018 silam, dia pernah mencoba menanam beberapa tanaman dengan teknik hidroponik, tapi naas, tanaman-tanaman itu mati karena ditinggal pergi olehnya ke luar kota dalam beberapa hari tanpa perawatan. Dari situlah dia tergerak untuk lebih memperhatikan salah satu jenis makhluk hidup yang pernah dia terlantarkan itu.

“Maka setiap hari saya rutin memperhatikan detail pohon rambutan yang tumbuh di halaman rumah, bahkan menyentuh kulit pohon itu agar dapat merasakan teksturnya.”

Dari proses ini, dia menghasilkan satu karya pencetusnya terkait tema Story-Line ini, yakni gambar berjudul “Let It Fly” yang digambar menggunakan pena dengan medium kertas berukuran 21 x 25 cm.

Penulis: Zulkifli M.

Pos terkait