Kurangnya ASI Eksklusif dari Ibu ke Bayi dapat Menyebabkan Stunting

Ilustrasi by google.com

60DTK-Gorontalo: Kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi yang berumur di bawah enam bulan, dapat menyebabkan bayi tersebut terkena stunting. Kurangnya asupan ASI tersebut juga akan berdampak pada tumbuh kembang bayi yang baru lahir.

Menurut Kepala Seksi Gizi, Kesehatan Keluarga, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Gorontalo, Syafiin Saridin Napu, bahwa tren stunting pada anak di Gorontalo dipengaruhi oleh beberapa hal, utamanya pemberian ASI eksklusif yang tidak maksimal oleh ibu kepada bayi.

Bacaan Lainnya

“Penyebab stunting di Gorontalo, disebabkan karena kurangnya pemberian ASI ekslusif ibu kepada bayi selama enam bulan saat bayi dilahirkan,” ungkap Syafiin saat ditemui wartawan di ruangannya, Selasa (5/10/2019).

Syafiin menjelaskan, pemberian ASI seharusnya dilaksanakan setelah bayi lahir dan telah mendapat petunjuk dari tenaga medis puskemas.

Namun, kenyataan di lapangan sesuai observasi dan pendataan yang dilakukan oleh Diskes, menurut Syafiin, pemberian ASI tak maksimal diberikan. Bahkan ada bayi yang baru berumur dua minggu sudah diberikan makanan bukan ASI eksklusif dari ibunya.

“Tak seharusnya ada bayi yang berumur 2 minggu sudah beri makan. Seharusnya diberi ASI. Pemberian makanan kepada bayi nanti setelah berumur enam bulan ke atas. Dan sudah seharusnya bayi diberi ASI murni bukan makanan selama umur bayi memasuki enam bulan tadi,” jelasnya.

Kata Syafiin juga, alasan memberi makan pada bayi yang belum berumur enam bulan ke atas karena ketidaktahuan orang tua dan faktor dorongan dari keluarga. “Misalnya ada bayi menangis, para orang tua mengira bayi tersebut lapar padahal dia hanya butuh ASI dari ibunya.”

Senada dengan Syafiin, Kepala Bidang Kesmas, PP, dan KB, Diskes Provinsi Gorontalo, Rosina Kiu, mengutarakan Penyebab lainnya stunting pada keadaan ibu sebelum melahirkan.  Rata-rata ibu sebelum melahirkan terindikasi KEK (kurang energi kronis).

“Hampir 70 persen ibu hamil dinyatakan KEK. Jadi kekurangan gizi yang sudah lama ini bisa dari sebelum lahir sampai dengan sesudah lahir. Dan 30 persen ibu hamil lainnya tidak KEK. Tapi ada kemungkinan mereka juga banyak yang Anemia,” ujar Rosina Kiu kepada wartawan.

Rosina juga menambahkan, cakupan ASI yang kurang akan berdampak besar pada tumbuh kembang anak dan dapat menyebabkan stunting.

“Ibu dengan kurang gizi pasti akan beresiko tinggi dan akan menjurus pada ibu dengan kurang energi kronik dan berdampak pada BBLR sehingga menyebabkan stunting.  Ibu dengan KEK juga memliki resiko tinggi. Dan ketika anak tumbuh menjadi dewasa nanti,  dia tidak akan mampu bersaing dengan anak sebayanya.”

Di akhir wawancara Rosina juga mengungkapkan, bahwa anak dengan masalah stunting akan menjadi masalah di kemudian hari. “Anak dengan stuting itu dia akan jadi beban karena tumbuh dengan tinggi badan yang pendek, pikirannya tidak stabil, dan juga ditumbuhi penyakit yang tidak menular karena proses metabolisme dalam tubuhnya tidak maksimal,” imbuhnya.


Penulis: Zulkifli Mangkau

Pos terkait