Perempuan Indonesia di Amerika: Di Sini Saja Cadar Tidak Dilarang

(Foto - VOA Indonesia)

60DTK-Internasional: Dua muslimah Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, menyatakan rasa tidak terima terhadap larangan penggunaan cadar oleh perempuan yang bekerja di instansi pemerintah Indonesia, yang dikeluarkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Fachrul Razi beberapa bulan lalu.

“Itu terlalu menyentuh ranah privasi. Sangat memprihatinkan,” ujar Anissya, perempuan bercadar yang sudah empat tahun tinggal di Amerika Serikat.

Bacaan Lainnya

Ibu dari empat orang anak ini menuturkan, kalau alasan pelarangan ini adalah karena keamanan dan berkaitan dengan identitas, Ia dan umumnya orang – orang bercadar yang Ia kenal, selalu kooperatif dan terbuka dengan orang – orang di sekitar.

Baca juga: Di Kabupaten Gorontalo, ASN Boleh Pakai Cadar Dan Celana Cingkrang

“Kalau alasan radikal, keamanan, itu tidak masuk akal! Pada dasarnya semua agama tidak ada yang mengajarkan keburukan,” tegas perempuan dengan gelar sarjana fisika tersebut.

Ia mencontohkan, setiap kali di bandara, ia meluangkan waktu lebih lama untuk pemeriksaan. Ia bersedia masuk ruang khusus dan membuka cadar supaya petugas bisa mencocokkan wajahnya dengan foto yang ada di paspor atau kartu identitas. Menurutnya, jika hal serupa juga dirasa perlu diterapkan di instansi pemerintah, maka tidak masalah, selama tidak sampai melakukan pelarangan.

“Kalau memang harus dicek setiap hari, ya tidak masalah. Tidak perlu dilarang lah intinya,” tukasnya.

Baca juga: Niat Bantu Pembangunan Islamic Center Gubernur Rusli Tertunaikan

Sementara Emma Liana, perempuan yang sudah bercadar sejak masih di Indonesia dan terus berlanjut hingga ketika Ia sudah berdomisili di Amerika mengatakan, peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Agama RI tersebut perlu untuk ditinjau kembali.

“Peraturan itu harus ditinjau ulang. Lagi pula, Islam itu tidak mengajarkan kekerasan. Yang buruk – buruk pun tidak diajarkan,” ujar ibu dua anak itu.

Kalau larangan diberlakukan, menurut Emma, pemerintah sendiri yang akan rugi karena akan banyak tenaga – tenaga yang bagus dan orang – orang terampil yang akan memilih keluar.

Baca juga: Wagub Ajak Ormas Islam Ikut Serta Perangi Miras

“Kalau saya disuruh milih antara agama dan pekerjaan, pasti saya akan memilih agama saya. Rezeki kan tidak hanya dari situ,” tutur Emma.

Bahkan Ia mengaku heran dengan larangan ini, karena di Amerika saja tidak ada pelarangan serupa.

“Di sini, kemampuan otak dan kinerja yang dinilai, bukan penampilan,” tukas perempuan dengan gelar sarjana elektro itu. (rls)

 

Sumber: VOA Indonesia

Pos terkait