60DTK – Nusa Tenggara Timur : Hari Sabtu (28/12/2018), Bernadus Lewar, Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Maumere, Sikka, menjadi jenazah ke-104 yang pulang ke daerah asalnya dalam peti mati. Hal ini merupakan masalah lama yang tak kunjung terselesaikan.
Dilansir dari VOA Indonesia, Lembaga swadaya masyarakat Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia mencatat, dari 104 PMI yang meninggal, 101 diantaranya bekerja di Malaysia. Tiga yang lain bekerja di Singapura dan Afrika Selatan.
Angka ini meningkat jauh dari catatan tahun lalu, di mana 63 PMI dinyatakan meninggal ketika bekerja di luar negeri. Bahkan, selama lima tahun sejak 2013-2017, catatan total PMI meninggal adalah 181 orang.
Karena itu, 104 jenazah yang pulang ke NTT hanya dalam setahun ini merupakan angka yang sangat mengejutkan.
Direktur Padma Indonesia, Gabriel Goa mengatakan, banyak upaya sudah dirancang tetapi belum jalan. Di tingkat awal proses pemberangkatan, seperti pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Layanan Satu Atap untuk urusan administrasi, masih merupakan wacana saja.
Tidak mengherankan, jika pekerja migran yang berangkat ke luar negeri mayoritas tidak dibekali keterampilan dan pengetahuan yang cukup. Ini merupakan faktor timbulnya korban meninggal terus menerus.
Gabriel menambahkan, selama ini, mayoritas jenazah PMI pulang ke NTT dengan biaya keluarga dan bantuan LSM seperti Padma Indonesia.
“Kalau negara tidak mengurus, kita urunan dengan keluarga yang di kampong maupun sesama pekerja disana untuk membantu memulangkan. Untuk kasus yang disorot pers atau publik, biasanya pemerintah ambil alih. Tetapi kalau tidak disorot, biasanya dibiarkan seperti yang dialami keluarga Sammy tadi,” jelas Gabriel
Pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) mengatakan, akan membantu administrasi persuratan untuk kelancaran rilis jenazah.
“Kami juga sudah kontak dengan keluarga mereka dan pengurus jenazah sudah dilakukan dengan baik. Dalam hal ini kedutaan hanya membantu proses surat menyurat untuk jenazah, baik dikebumikan di Malaysia ataupun dikirim ke Indonesia. Biaya memang keluarga yang menanggung,” terang Faizal, staf KJRI yang menyampaikan jawaban dari pimpinannya.