Waspada! Kasus Narkotika di Kabgor, Masuk Kategori Kuning

(Ilustrasi - Sila 60dtk.com)

60DTK-KABGOR – Tidak hanya mencoreng dunia pendidikan khususnya di Gorontalo, sejumlah siswi SMP yang viral sedang mengirup aroma lem jenis Eha-Bond beberapa waktu lalu, menambah catatan penggunaan narkoba dan bahan adiktif lainnya di buku Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Gorontalo selama tahun 2019.

Melihat hal ini, Kepala Seksi Rehabilitasi BNN Kabupaten Gorontalo, Rona Mopili menilai, penggunaan barang yang dapat merusak saraf dan jaringan otak manusia ini, khusus Kabupaten Gorontalo sudah berada pada tingkatan ‘Kuning’ atau hati – hati.

Bacaan Lainnya

Baca juga : Siswi Di Gorontalo Yang Viral Ngelem, Sudah Direhabilitasi BNN

“Menurut saya, Kabupaten Gorontalo ini sudah di posisi kuning atau hati – hati,” ujar Rona Mopili kepada awak media, Jumat (21/06/2019) sore.

Sejak awal tahun ini, Ia mengaku sudah cukup banyak pengguna narkoba dan bahan adiktif yang mereka tangani. Bahkan untuk saat ini, setidaknya sudah ada 16 orang yang direhabilitasi.

Dari data yang ada, kata Rona, meski terdapat beberapa siswa SMA/SMK sederajat, pengguna tersebut didominasi oleh anak – anak yang masih duduk di bangku SMP. Sementara itu, barang paling banyak digunakan ialah lem jenis Eha-Bond, Fox, hingga obat komix.

“Di Kabupaten Gorontalo, daerah paling rawan itu di Kecamatan Limboto, Telaga, Batuda’a, dan Tabongo,” ujar Rona.

Rona menambahkan, berangkat dari pemeriksaan sekian banyak korban oleh BNN Kabupaten Gorontalo, terungkap penyebab penggunaan bahan berbahaya di kalangan remaja tersebut.

“Paling banyak, itu anak – anak dari orang tua yang pisah ada juga yang orang tuanya menikah lagi. Kemudian ada yang kurang pengawasan dari orang tua. Selain itu juga pengaruh lingkungan, dan yang paling parah itu mereka yang butuh pengakuan dari teman lainnya,” jelas Rona.

Untuk itu, tidak hanya kepada pemerintah daerah, Ia juga mengimbau khususnya kepada para orang tua agar dapat bekerja sama dan mendukung pihaknya dalam menurunkan penggunaan barang berbahaya itu.

“Tidak mungkin kami berdiri sendiri untuk mengikis habis hal ini. Jadi kami butuh dukungan dari para orang tua. Karena untuk menyelesaikan tugas ini, kami masih memiliki banyak kendala,” pungkasnya.

 

 

 

Pewarta : Andrianto Sanga
Editor : Nikhen Mokoginta

Pos terkait