Berburu Undian Masuk ASN

Wardoyo Dingkol Penulis Artikel/Opini "Berburu Undian Masuk ASN"

60DTK – Opini : Tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) baru saja selesai, rasa bercampur aduk bagi para Calon pelamar ASN (Aparatur Sipil Negara) kian memuncak. Bagi yang lulus tentu senang dan beranggapan bahwa itu adalah benar benar hasil capaian dari belajar atau hasil jawaban dari “tak tik tol”nya, dan bagi sebagian yang tidak lulus, pulang dengan kata-kata bijak bahwa “mungkin ini belum rejeki” atau yang lebih halus lagi ” mungkin Tuhan punya cara lain”.

Pendaftar CPNS yang mencapai 4 juta pelamar itu, hanya 200 ribu lebih dari total 4 juta yang akan terterima. Tentu hal ini bukanlah yang di harapkan oleh mayoritas pengangguran, yang hingga saat ini mencapai puluhan juta di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Kenyataan itu pun tak sebanding dengan jumlah lulusan sarjana yang lulus dari ribuan kampus negeri maupun swasta. Kampus rata-rata meluluskan 800 ribu lebih sarjana baru pertahun. Nihilnya lowongan Kerja tidak setiap tahun ada, termasuk CPNS.

Tapi di sisi lain, selepas mengikuti tes CPNS dengan berbagai metode dan cara yang telah di tentukan.

Saya ingin Muntah rasanya, dengan berbagai pernyataan politisi yang muncul dari rezim saat ini, yang mengatakan kalau ini adalah prestasi pemerintah, bahkan diperdebatkan di acara talk show di salah satu TV  Nasional.

Pola pikir masyarakat Indonesia hanya berputar pada hal-hal yang instan saja,dan tak mau beranggapan kalau mekanisme penerimaan CPNS ini bukanlah prestasi melainkan TRAGEDI bagi jutaan sarjana yang berjuang dan belajar agar bisa masuk ASN.

Ujian CPNS ini menurut saya seperti judi, dengan mengundi keberuntungan, siapa yang jawaban hitung kancingnya lebih tepat dia menang, atau seperti melempar bola dalam meja judi maka dia beruntung.

Memang benar adanya, kalau pendaftaran tidak dipungut biaya apapun, tapi dalam proses pendaftaran sampai tahapan ujian, itu membutuhkan biaya yang besar. terlebih untuk mereka yang mengikuti Ujian di luar daerah dengan modal tak sedikit dan memikul harapan orang tua agar anaknya lulus,dan tak memikirkan hal-hal yang berbanding terbalik.

Harapannya semoga saja pemerintah dapat lebih serius dan mengubah mekanisme yang tidak adil ini untuk mengurangi pengangguran yang menggunung dan membuka lapangan kerja bagi banyak Sarjana di Indonesia, bukan hanya bergantung pada perekrutan CPNS tiap tahunnya.

Penulis : Wardoyo Dingkol

Lulusan Sarjana dari salah satu Kampus Negeri di Gorontalo.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan