Menyambung Hidup dengan Cengkeh

Cengkeh yang sedang di jemur di terik siang matahari . Foto: Zulkifli/60dtk.com

60DTK – Sosial : Dari kejauhan, angin meniup dengan pelannya. Menghantarkan bau cengkeh yang begitu menyengat, masuk dan terhirup ke dalam hidung.

Tak jauh dari tempat wisata Botutonuo Kecamatan Kabila Bone, Bone Bolango. Nampak seorang wanita paruh bayah sedang asik merapikan cengkeh yang sedang ia jemur.

“jangan berdiri disitu, panas, mari ke rumah sederhana saya saja” Ajak wanita itu.

Wanita itu bernama Haryogi, usianya 50 Tahun. Ia tinggal bersama anak angkatnya, yang saat ini sedang duduk di bangku kelas 2 Sekoalah Menengah Pertama (SMP). Keseharian Haryogi ialah menjemur dan menjaga cengkeh agar cepat kering dan bisa dijual.

Haryogi (50) sedang mengecek jemuran cengkehnya. karena terik matahari yang begitu panas, sesekali ia mengecek cengkehnya agar tak melampaui batas kering dari cengkeh tersebut. Foto : Zulkfili/60dtk.com

Sudah 2 Tahun sekiranya dia, ia mulai menjajal pekerjaan kesehariannya ini pada saat musim panen cengkeh tiba.

“pekerjaan ini saya pilih karena pohon cengkeh sudah berbuah, dan pasti bisa menambah uang jajan untuk anak saya”.

Tapi, jika panen buah cengkeh menurun dan tak ada sama sekali. Haryogi menjalani pekerjaan kesehariannya sebagai ibu rumah tangga dan mengerjakan pekerjaan yang datang secara tiba-tiba.

“cengkeh ini memang jadi pilihan utama, ketika cengkeh menurun saya mengerjakan yang lain. Jadi buruh cuci baju dan mengerjakan segala pekerjaan secara dadakan.” Imbuhnya

Haryogi mengatakan cengkeh yang ia jaga selama ini, bukan sepenuhnya milik Haryogi. Ia hanya di minta oleh Bosnya untuk menjaga dan menjemur cengkeh tersebut.

“ia betul, ini bukan cengkeh milik saya. Saya bertugas menjaganya saja”.

Cengkeh yang sementara di jemur oleh Haryogi, dengan menggunakan terpal sebagai alasnya. Foto : Zulkifli/60dtk.com

Setelah di jemur selama tiga hari berturut-turut, cengkeh tersebut akan disetor kepada bosnya. “kalau sudah kering, tinggal di salin ke dalam karung kemudian bos akan mengambilnya”.

Terhitung sudah dua tahun lalu, Haryogi memulai pekerjaan ini. Pekerjaan yang terpaksa ia lakukan, untuk membiayai anak angkatnya untuk sekolah dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.

“memang berat, seharian saya harus menjaga agar cengkeh ini kering. Saya harus menjemur sampai kering dan kualitas dari cengkeh tetap terjaga”.

Haryogi di beri upah sebesar 1 Juta Rupiah. Dalam skala hitungan Haryogi sendiri itu sudah lebih dari cukup.

Pekerjaan menjaga dan menjemur cengkeh tidak mudah. Cengkeh di jemur dari pukul 7 pagi dan akan di kumpulkan dalam karung ketika sore tiba, sekiranya pukul 4 sore ia mulai mengumpulkan cengkeh dalam karung.

Hampir seharian penuh Haryogi menghabiskan waktunya, untuk menjaga cengkeh agar tetap kering.

Pernah ia kena marah dari bosnya, karena cengkeh tidak kering seperti biasanya.

“dulu pernah di marahi, karena semua cengkeh yang di jemur kena hujan”. Ucap Haryogi kala membasuh keringat yang menetes dari kepalanya, akibat terik matahari yang begitu panas.

Tantangan tersendiri untuk Haryogi kala hujan datang, ia akan cemas. Bisa saja gajinya akan di potong. Hujan akan menghambat proses pengeringan cengkeh, dan tentunya pekerjaan akan menumpuk. Beberapa cengkeh yang harus kena paparan sinar matahari harus di urungkan dulu.

“sebenarnya dia bisa digabungkan, kalau cuaca bagus. Tapi kadar kekeringan cengkeh tidak akan merata. Itu akan mempengerahui harga jual cengkeh menurun di pasaran nanti”. Ujarnya.

Setiap 30 menit sekali, Haryogi selalu mengecek jemurannya. dan memastikan cuaca sedang bersahabat dengannya. Foto : Zulkifli/60dtk.com

Ia pernah sesekali kesal dengan cuaca. Ia bercerita, ketika itu matahari begitu panas, tapi tiba-tiba mendung. Setelah cengkeh di kumpulkan akibat mendung, Panas matahari muncul lagi. Ia kesal, tapi kalau tidak kering. Upahnya akan di potong.

“di potong gaji pernah, dari 1 Juta turun sampai ke 500 Ribu Rupiah”.

Pemotongan upah Haryogi karena, tingkat kering cengkeh tidak merata serta kadar air dalam cengkeh masih sangat tinggi. Hal-hal seperti itu, yang selalu ia khawatirkan.

Upah yang di dapatkan Haryogi dari menjemur cengkeh milik bosnya tersebut, bukanlah gaji sekali jemur. Melainkan cengkeh yang telah di angkut pengepul cengkeh, ke bos besar (sebutan bos besar orang yang punya banyak duit dan sering membeli cengkeh dengan skala besar).

Dalam sebulan biasanya cengkeh yang ia jaga, diangkut sebanyak 2 kali. Paling miris selama sebulan tidak ada pengangkutan.

“banyak kali begitu, dalam sebulan dapat 2 kali bahkan 2 bulan kemudian tidak ada. Tergantung harga pasar cocok atau tidak”.

Cengkeh yang di jaga Haryogi, merupakan cengkeh yang berasal dari Taludaa. “ini cengkeh yang saya jemur dan jaga, berasal dari sana (Taludaa).”

“Saya banyak bergantung dari hasil menjaga cengkeh , meskipun hanya milik orang lain bukan milik sendiri. Saya tetap syukuri.”

Kebutuhan setiap hari selalu meningkat, apalagi saya juga punya tanggung jawab membesarkan serta melanjutkan pendidikan anak ke depannya.

“anak saya belum pulang, lagian ini masih jam 1. Iya masih di sekolah” ujarnya.

Haryogi melanjutkan pekerjaan, menggaruk cengkeh yang belum di sinari matahari. Panas dan teriknya, ia hiraukan. Semua dilakukan demi sebongkah upah untuk membiayi dan menyambung kehidupan mereka kelak. (zm).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan