60DTK, Kabupaten Gorontalo – Kecelakaan kerja di PT Royal Coconut Gorontalo yang berada di Desa Ombulo, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, masih cukup sering terjadi. Informasi yang dihimpun awak media 60dtk.com, pada pekan ini saja, sudah ada tiga pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
Identitas para pekerja tersebut diketahui bernama Memo Imran, Sucipto Abdullah, dan Amin Musa. Memo mengalami kecelakan pada hari Senin lalu, sedangkan Sucipto dan Amin pada hari Rabu dan Jumat kemarin.
Ketiga pekerja ini adalah karyawan borongan yang bekerja di bagian seler atau bagian pengupasan tempurung kelapa dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan sepotong besi (biasa disebut lewang oleh pekerja).
Akibat kecelakaan kerja itu, mereka mengalami luka yang cukup serius. Sucipto Abdullah misalnya, salah satu jarinya patah tulang usai tangannya tertarik masuk ke dalam mesin, hingga dirinya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Dunda Limboto untuk mendapatkan penanganan medis.
Untungnya, Sucipto Abdullah sudah ter-cover dalam kepesertaan BPJS. Dengan demikian, dirinya maupun keluarga tidak terlalu khawatir mengenai biaya perawatan selama berada di rumah sakit.
“Tapi dari pihak perusahaan belum ada sama sekali yang datang walaupun hanya sekadar menjenguk,” sesal Sucipto.
Tidak hanya itu, Ia juga menyayangkan tidak adanya tindakan penanganan di dalam perusahaan ketika dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Ia mengaku bahwa saat itu tidak ada tenaga medis di dalam perusahaan yang memberikan pertolongan awal sebelum dirinya dibawa ke rumah sakit.
“Tidak ada (walau hanya diperban), padahal saya pe luka itu biar cuman dorang tutup dengan itu dulu,” akunya.
Manajer HRD PT Royal Coconut Gorontao, Isnan Husnan mengatakan bahwa pekerjaan di bagian seler memang memiliki risiko. Kalau pekerja kurang hati-hati, sarung tangan yang mereka gunakan bisa terjepit atau ditarik oleh mesin sehingga tangan ikut masuk ke dalam. Ia bahkan menyebut kasus ini sudah banyak terjadi.
Menurutnya, pihak perusahaan sudah berusaha agar kejadian tersebut tidak terus berulang. Selain mengingatkan pekerja untuk selalu berhati-hati, mereka juga hanya membeli buah kelapa dengan ukuran minimal seberat tujuh ons. Sebab menurutnya, buah kelapa yang sangat kecil mudah pecah sehingga berpotensi menyebabkan tangan pekerja kontak dengan mesin.
“Soal APD, selama ini berjalan karena itu kebutuhan mereka, ada sepatu kemudian kaus tangan. Tapi kronologi yang sering kita dengar adalah sarung tangan terjepit. Kasarnya, yang paling aman itu tidak pakai kaus tangan. Tapi kalau tidak pakai itu juga tangan mereka bisa lecet-lecet, tapi risikonya itu. Jadi kembali lagi tinggal kehati-hatian,” ujarnya.
“Cuman hari ini kita tidak diam-diam saja. Setiap ada masalah, kecelakaan, kita tindak lanjuti secara jaminan kesehatan dan pengawasan kita perketat,” tambahnya.
Disinggung mengenai nasib pekerja yang mengalami kecelakaan dan tidak bisa bekerja lagi di bagian seler, Ia menuturkan bahwa pihak perusahaan akan memberi pekerjaan jika pekerja itu memiliki keahlian lain.
“Karyawan borongan ini, pada intinya di komitmen awal adalah (bicara) kemampuannya untuk bekerja mengupas kelapa, tidak diiming-imingi. Jika tidak mampu di situ, pindah di tempat yang lain. Tapi kalau dia punya skill atau keahlian lain ada bukti-buktinya, kita bisa pekerjakan lagi,” tandasnya.
Pewarta: Andrianto Sanga