60DTK – Opini : Pitutur bijak berucap: “Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir. Semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa-apa”.
Jika setiap gerakan pemuda didasari atas dasar pernah belajar, hasil pemikiran pemuda lebih gemilang, begitu pula jika pemuda senang dengan membaca, pengetahuannya pasti lebih baik dengan pemuda lainnya yang tak pernah membaca.
Kini, dibeberapa kalangan pemuda khususnya di Gorontalo sudah dikenal dengan gerakan “wajah hitam”. Sebagian pemuda menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan gerakan “wajah hitam” adalah gerakan “konyol” dan cenderung menampilkan “kebodohan”.
Misalkan, seorang pemuda yang tidak banyak belajar dan membaca tapi banyak berbicara dan berkomentar sehingga apa yang disampaikan tidak memiliki nilai sama sekali. Bahkan, semua bidang keilmuan tidak lepas dari pembicaraannya.
Seyogyanya, gerakan semacam ini tidak bisa dibiarkan berkembang di kalangan pemuda, karena Gorontalo membutuhkan pemuda yang mau belajar dan rajin membaca sehingga masa depan Gorontalo bisa diharapkan lebih baik karena tidak “disusupi” oleh gerakan “wajah hitam”.
Sebagai pemuda, ada tiga hal mendasar yang perlu diperhatikan agar supaya terhindar dari gerakan “wajah hitam”:
Pertama, rajin belajar dan membaca. Rajin belajar menekankan bahwa pemuda memiliki niat dan semangat yang tinggi untuk membangun sebuah peradaban, sementara banyak membaca menunjukkan bahwa pemuda bisa diandalkan dengan pengetahuannya.
Kedua, membangun hubungan yang harmonis antar sesama pemuda. Hal ini penting, sehebat apapun pemuda jika tidak bisa membangun hubungan yang harmonis, akan sia-sia kehebatan yang dimilikinya.
Ketiga, menjaga lisan. Ditengah kemajuan peradaban, penting untuk menjaga lisan agar tidak menyebar fitnah dan hoax. Pemuda harus menjadi benteng dari semua kebohongan dan kebodohan.
Jika ketiga hal dasar ini mampu dilakukan oleh pemuda, maka gerakan “wajah hitam” akan hilang dan tergusur. Semoga pemuda Gorontalo terhindar dan dijauhi oleh gerakan “wajah hitam”.(rds)
Charlie Pangemanan. Gorontalo, 28 Agustus 2019.