Mahasiswa dan Skill Abad Ke – 21

Mahasiswa dan Skill Abad Ke 21
Riri Kobandaha (Peserta DIKLATPIMNAS II/PTKI Tahun 2021) Foto: Istimewa.

Menjadi Garda Pembaharu dengan Meningkatkan Skill untuk Indonesia Berkemajuan

60DTK, OPINI – Sebagai kaum intelektual, mahasiswa sering didefinisikan sebagai kaum terpelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Namun di samping itu, ada juga yang menjelaskan mahasiswa adalah kaum yang di mana sering disebut sebagai penyambung lidah rakyat dan di stigmakan kepada kebanyakan orang yang sampai dengan saat ini menganggap mahasiswa sebagai  agen of change dan agen of control sosial yang sampai dengan sekarang menjadi ujung tombak para kaum mahasiswa.

Bacaan Lainnya

Saat ini, mahasiswa di pandang punya peran besar dalam mengubah tatanan sosial. Narasi yang selalu berkembang selama ini bahwa mahasiswa merupakan agent of change atau agen perubahan.  Mahasiswa sebagai generasi yang paling diandalkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa, sudah lazimnya menyadari arti fungsi serta peran yang seharusnya dilakukan. Salah satu sikap agent of change adalah sikap yang mencerminkan kepedulian, dan salah satu variable penting kepedulian ialah kepekaan. Peran besar ini selalu ditanamkan kepada mahasiswa bahkan memasuki bangku perkuliahan. Selain diharapkan mampu menjalankan peran dengan baik, mahasiswa juga perlu sadar akan potensi untuk tidak diam saja ketika melihat realita sosial. Tidak mudah percaya dengan arus infomasi, juga tidak berasumsi lebih sebelum punya bukti konkrit. Karena sebagai kaum terdidik, mahasiswa harus berani bertanya dan mampu mengambil tindakan untuk mencapai perubahan.

Sementara itu, bentuk perubahan tidak bisa terjadi tanpa adanya aksi nyata. Najwa sihab pernah berkata leadership with authority memanglah penting. Namun, ada yang lebih penting yakni leadership is action not position. Artinya bahwa  kepemimpinan dengan otoritas memang sangat diperlukan, namun ada yang lebih penting dari pada itu yakni kepemipinan selalu berbicara mengenai tindakan bukan posisi. Jelas bahwa secerdas apapun, sehebat apapun  tapi tidak diimbangi dengan tindakan maka tidak ada artinya. Mahasiswa selalu di iming-imingkan mampu dan bisa melakukan apa saja. Namun pada praktiknya, rasa malas dan tidak mau beranjak dari zona nyaman adalah bentuk kelemahan paling objektif  yang kita bisa lihat dan rasakan.

Mahasiswa pun di stigmakan memiliki idealis yang masih menjadi catatan penting untuk kaum masyarakat kaum tertindas. Pasalnya kaum tertindas yang sampai dengan hari ini adalah kaum buruh tani yang masih di jajah oleh bangsa sendiri. Hadirlah mahasiswa di tengah-tengah masyarakat yang terjajah oleh bangsa sendiri untuk kemudian membela kepentingan masyarakat tertindas. Nah, masyarakat yang di katakan sebagai kaum tertindas seharusnya turut andil dalam membantu mahasiswa dari segi memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan rakyat tertindas.

Dalam situasi yang sampai hari ini menjadikan salah satu tantangan dalam dunia akademik maupun non akademik, seperti yang kita lihat bersama, dalam situasi kondisi yang hari ini kita dapati bahwa mahasiswa yang berlabelkan orang terdidik tetapi lebih memilih bersikap apatis dengan keadaan sosial. Apalagi dalam situasi yang saat ini banyaknya mahasiswa yang telah di lemahkan dengan dunia teknologi. Contoh kasusnya adalah, kebanyakan dari kita lebih memilih berbaring sambil main handphone dibanding dengan peduli situasi dan kondisi sosial. Secara fakta lapangan kebanyakan dari mahasiswa atau pemuda lebih memilih game online dari pada membaca buku, di buktikan dengan meningkatnya kaum pemuda yang duduk nongkrong sambil mabar (main bareng) di setiap warung kopi yang saya temui.

Hal ini sangat di sayangkan juga, karena mahasiswa yang seharusnya turut andil dalam agenda sosial atau lebih peka terhadap lingkungan. Tetapi malah pemuda yang makin hari makin terhegemoni dan bersikap bodoh amat dengan lingkungan sekitar.

Namun menurut saya banyaknya pemuda dan mahasiswa lebih memilih situasi seperti hal demikian, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada kelompok mahasiswa yang masih peduli dengan lingkungan sekitar. Contoh kasusnya adalah banyaknya pemuda yang rela membentuk organisasi atau perkumpulan untuk membantu orang-orang sekitar atau membantu masyarakat yang tertimpa bencana. Seperti yang saya lihat masih ada juga mahasiswa yang harus turun di jalan melakukan penggalangan dana untuk masyarakat yang tertimpa musibah.

Tupoksi yang telah di berikan oleh mahasiswa atau pemuda yang masih mau membantu masyarakat mendapatkan respon yang cukup baik dari semua kalangan masyarakat banyak. Meskipun hal demikian telah di lakukan oleh mahasiswa itu sendiri, namun ada catatan penting juga yang perlu kita ketahui bersama. Pentingnya mahasiswa dalam berorganisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan ilmu pengetahuan terhadap pikiran.

Pada dasarnya, manfaat untuk mahasiswa dalam mengikuti organisasi yang dipilih oleh mahasiswa itu sendiri adalah salah satu batu loncatan oleh diri sendiri dan orang banyak. Organisasi yang sampai dengan sekarang menurut saya yang masih diminati yaitu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra nasional yang begitu banyak ilmu pengetahuan yang di dapati. Di samping itu, banyak stigma yang telah di perlihatkan oleh oknum mahasiswa itu sendiri yang bersembunyi di balik organisasi. Yaitu kebanyakan orang yang menyebutkan bahwa jika kita berorganisasi maka akan lama kita menempuh pendidikan di kampus. Namun hal itu saya bisa patahkan dengan cara menolak hal tersebut memperlihatkan banyak orang yang menyelesaikan perkuliahan dengan tepat waktu dan dia pun aktif dalam organisasi.

Adapun mahasiswa yang sudah tidak menunaikan tanggung jawabnya dalam perkuliahan, namun berlindung di balik nama organisasi. Itu perlu di pertanyakan kembali, apa tujuannya dalam menempuh pendidikan? Stigma yang selalu dibangun oleh orang tua yaitu, jangan pernah berorganisasi nanti akan lama menempuh pendidikan kuliah. Stigma yang di berikan oleh kebanyakan orang itu adalah pandangan yang kurang tepat, pasalnya hal itu masih bisa saja di patahkan oleh mahasiswa lain yang menyelesaikan studinya dengan baik dan benar meskipun dia berorganisasi.

Hal terpenting dalam dunia perkuliahan yaitu, kita seharusnya mengetahui apa tujuan dari kuliah dan belajar. Karena ada pepatah yang mengatakan apabila kita tidak belajar hari ini maka bersiaplah kita akan siap menahan pahitnya kebodohan. Ya karena dalam dunia teknologi sampai dengan sekarang masih ada saja tindakan yang tidak baik yang di pertontonkan oleh kebanyakan pemuda yang tidak bertanggung jawab dengan situasi dan kondisi sekitar.

Perlu adanya kesadaran dalam berfikir juga bertindak. Karena apabila kita ingin menyejahterakan orang banyak terutama keluarga dan kerabat. Kita memerlukan adanya kemerdekaan dalam belajar, mengapa demikian? Karena masih banyak sekali bentuk penjajahan dan yang terjajah dalam dunia pendidikan, dengan cara lebih patuh pada kepentingan sektoral atau individu.

Saat ini kita sudah masuk di era revolusi industri. Yang beberapa literatur menjelaskan bahwa era revolusi industri atau era digitalisasi merupakan perubahan nyata yang terjadi untuk menyesuaikan diri agar mampu bersaing dengan lingkungan industry. Peran pemuda yang sering disebut sebagai generasi milenial bahkan generasi Z sangat-sangat diperlukan. Karena tidak bisa ditolak bahwa kenyataannya sekarang media sosial mendarah daging bagi setiap insan di dunia.

Lembaga pendidikan sudah mulai menerapkan metode pembelajaran abad ke 21 untuk mampu menggali potensi setiap mahasiswa. Pun demikian, selain harus berusaha mengupgrade diri, abad ke 21 ini juga memberikan cerminan bagaimana negara ke depan. Dimana revolusi industri 4.0 ditandai dengan semakin banyaknya pekerjaan yang secara otomatis menggunakan internet, robot, maupun alat canggih lainnya.

Sehingga jika kita mengacu pada hal tersebut, kondisi seperti ini selain memberikan kemajuan juga memberikan dampak yang cukup mengecam bagi pekerjaan. Di mana beberapa di antaranya akan digantikan oleh teknologi. Jenis pekerjaan yang cukup rentan dan bersifat repetitiv. Maka dari itu, sangat di sayangkan apabila kaum milenial hanya mampu melihat dan tidak terjun langsung untuk membangun bersama negara di era revolusi ini. Dan mau tidak mau, suka tidak suka, setiap pelajar harus mampu meningkatkan kualitas diri serta kapasitas agar tetap relevan dengan kebutuhan industri 4.0

Melihat sudah di kupas ulas mengenai peran penting seorang mahasiswa, mahasiswa juga harus peka dalam perubahan sosial ini. Ada beberapa aspek atau ketentuan sehingga mahasiswa mampu meningkatkan kualitas dan keterampilan agar bisa sampai pada golongan abad 21 ini, antara lain

  1. Foundational literacies

Di mana hal ini berkaitan dengan keterampilan literasi dasar sebagai pondasi utama bergeraknya sebuah kelompok yang di dalamnya harus memahami masalah literasi, numerasi atau biasa dikenal dengan kemampuan mengolah dan memahami data dalam bentuk angka. Kemudian cara berfikir ilmiah hingga mampu mendukung lurusnya pengambilan keputusan, lalu kemampuan dalam pengolahan keuangan dan terpenting adalah pengetahuan tentang kultur atau kebudayaan yang menjadi hak serta kewajiban dalam mempertahankan keunikan sebuah negara.

  1. Competenciens

Yang berkaitan dengan kompetensi dalam menghadapi suatu pekerjaan kompleks di dunia kerja. Hal ini sering disebut dengan keterampilan abad 21 4C. Di dalamnya terdapat beberapa unsur penting yaitu keterampilan untuk bisa berfikir secara kritis agar mampu menyelesaikan masalah. Kemudian keterampilan yang kreatif agar mampu menghasilkan hal-hal yang unik, adapun komunikasi yang jelas merupakan salah satu unsur penting dalam hubungan sosial dan yang terakhir adalah kolaborasi yang menurut beberapa literature adalah salah satu kunci dalam menyesuaikan diri dalam satu kelompok agar mampu mencapai tujuan bersama.

  1. Character qualities

Berkaitan dengan kualitas karakter serta attitude seseorang dalam dunia pekerjaan. Yang di dalamnya harus benar-benar bisa mengerti untuk mencari tahu hal-hal yang asing atau tergolong baru dan belum banyak diketahui. Kemudian kemampuan menganalisa suatu kondisi dan mampu mengambil keputusan secara cepat sebelum mendapat instruksi. Kemudian juga keterampilan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan, kemampuan dalam memimpin dan yang terakhir adalah kemampuan untuk memahami adanya keberagaman dan bisa menyikapinya dengan baik.

Keterampilan skill yang dijelaskan di atas merupakan keterampilan yang memang seharusnya dimiliki bagi setiap orang untuk meraih industry yang lebih baik. Mengupdate diri, mengasah skill, membangun potensi, hingga memberanikan diri pun salah satu kunci yang sangat relevan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

Ingat bahwa sebagai mahasiswa dan juga kaum milenial, besar harapan dan banyak sekali peluang serta tantangan di era revolusi industry ini. Duduk diam tidak akan mampu membentengi kerasnya perubahan digital namun dengan kepekaan dan ilmu pengetahuan serta skill yang dimiliki adalah salah satu kunci menuju kesuksesan.

Penulis: Riri Kobandaha (Peserta DIKLATPIMNAS II / PTKI Tahun 2021)

Pos terkait