Melalui Workshop, Pemkot Gorontalo Giatkan Pengarusutamaan Gender untuk Kemajuan Daerah

Wali Kota Gorontalo, Marten Taha saat memberikan sambutan dalam kegiatan workshop pengarusutamaan gender dalam peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan seni tradisional yang digelar di Makassar, Selasa (26/10/2021). (Foto: Istimewa)

60DTK, Makasar – Isu gender belakangan ini telah menjadi isu nasional yang harus disikapi dengan bijak. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo terus melakukan berbagai upaya untuk mengedepankan pengarusutamaan gender dalam strategi pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia, salah satunya dengan melaksanakan workshop pengarusutamaan gender yang digelar di Makassar, Selasa (26/10/2021).

Wali Kota Gorontalo, Marten Taha Mengatakan, pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan seni tradisional, sangat berkaitan erat dengan peran perempuan.

Bacaan Lainnya
Wali Kota Gorontalo, Marten Taha saat memberikan sambutan dalam kegiatan workshop pengarusutamaan gender dalam peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan seni tradisional yang digelar di Makassar, Selasa (26/10/2021). (Foto: Istimewa)

Hal ini dilihat dari besarnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan, baik di tingkat kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, maupun tingkat nasional.

“Dengan adanya workshop ini diharapkan peran perempuan dalam pengembangan seni tradisional lebih besar lagi dibandingkan sekarang, mengingat di Kota Gorontalo begitu banyak seni tradisional yang bisa dikembangkan sehingga bisa menaikkan perekonomian daerah,” ungkap Marten.

Perempuan dinilai memiliki potensi pengembangan tradisi nasional, seperti penyulaman atau kerajinan karawo, di mana peminatnya begitu banyak tetapi sumber daya manusianya sudah mulai berkurang.

Begitu pun dengan pengembangan bedak atau bada’a dalam bahasa daerah Gorontalo. Bada’a merupakan salah satu kebudayaan daerah yang sering digunakan pada saat acara-acara tertentu, misalnya acara pernikahan.

“Seni tradisional yang bisa dikembangkan salah satunya adalah tradisi sulam atau karawo yang peminatnya begitu banyak tetapi pengrajinnya sudah mulai berkurang. Selanjutnya bisa dikembangkan adalah bedak atau dalam bahasa daerah adalah bada’a termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan yang termasuk dalam pengetahuan tradisional zaman orang tua. Dulu banyak anak gadis yang dipakaikan bedak sebelum menikah,” ujarnya.

Wali kota dua periode itu pun berharap kegiatan tersebut dapat diikuti sebaik-baiknya. (adv)

 

Pewarta: Hendra Setiawan

Pos terkait