Pemanfaatan Tumbuhan Eceng Gondok yang Bernilai Ekonomis

Beberapa model kerajinan dari bahan eceng gondok yang berhasil di olah kelompok usaha jaya. Foto: Zulkifli M.

60DTK – Gorontalo: Jika sebelumnya eceng gondok hanya berakhir menjadi limbah setelah dikeruk dari danau Limboto. Kini tumbuhan eceng gondok yang hidup di danau Limboto itu, dimanfaatkan oleh beberapa warga Desa Luwoo, Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis.

Pemanfaatan eceng gondok ini, dilakukan oleh kelompok usaha masyarakat yang menamai kelompok mereka dengan kelompok Usaha Jaya. Kelompok Usaha Jaya ini berdiri pada tahun 2017. Dan pengelolaannya dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Tapi pada akhir tahun 2017, kelompok usaha jaya mendapatkan sokongan bantuan dari Bank Indonesia (BI) wilayah Gorontalo berupa pemberian mesin jahit dan alat pengangkut eceng gondok, serta menjadi binaan dari BI sejak tahun 2017.

Bacaan Lainnya

“Pas dibentuk kelompok kami beranggota 21 orang, tapi yang aktif sisa 5 orang. Karena awal terbentuknya ini kami mengelola secara sendiri, baik dari pendanaan dan pembelian kebutuhan lain untuk membuat kerajinan. Nanti pada akhir tahun 2017 kami mendapatkan bantuan dari BI dan diikutkan pelatihan pengolahan eceng gondong di Semarang tahun kemarin itu,” ujar Yeni Rorin Tulus, ketua kelompok Usaha Jaya, Kamis (31/10/2019).

Yeni menuturkan, dari pemanfaatan eceng gondok ini bisa memberikan penghasilan tambahan bagi dia, selain kesibukan menjadi ibu rumah tangga.

“Yah, untuk keuntungan lumayan lah. Kami sebulan dalam kelompok ini bisa menghasilkan keuntungan sampai 3 juta. Paling mahal itu kami menjual kerajinan dari eceng gondok seharga 200 ribu rupiah dan sisanya dijual murah dengan harga 50 ribu rupiah. Itupun kami menjual ke beberapa galeri, salah satunya ke galeri Tiar pemiliknya ibu Isna. Untuk dijual lagi dalam harga lainnya kami tidak mengetahui, kami menjual kerajinan yang jadi saja sesuai pesanan dari galeri,” katanya.

Proses pembuatan eceng gondok menjadi tas, dompet, tempat buah, dan motif kerajinan lainnya melalui proses yang sangat panjang.

Menurut Yeni, eceng gondok yang di ambil secara swadaya oleh anggota kelompok dari danau Limboto, harus dijemur hingga kering. Bahkan proses pengeringan itu sampai seminggu lebih.

“Eceng gondok ini kami ambil dari danau, kemudian dijemur. Kalau cuaca bagus, pengeringan bisa sampai lima hari saja, tapi kalau hujan bisa lebih dari seminggu,” ujar Tini pengrajin lainnya dari kelompok usaha jaya yang saat itu sedang mengerjakan beberapa pesanan keranjang buah dari bahan eceng gondok.

Tini juga mengatakan, meskipun sudah masuk tahun ketiga, ada juga beberapa motif yang sulit juga dikerjakan.

“Motif seperti dompet itu yang paling lama dikerjakan, dan membutuhkan waktu yang lama,” jelasnya.

Penulis: Zulkifli M.

Pos terkait