60DTK, Gorontalo – Sejak bulan April lalu, seluruh sekolah di Provinsi Gorontalo tidak lagi melakukan aktivitas belajar mengajar secara tatap muka. Bukan tanpa sebab, mengingat sejak saat itu pandemi Covid-19 sudah terjadi di Gorontalo. Pembelajaran pun dialihkan melalui daring (online).
Aktivitas belajar mengajar seperti itu kini telah berjalan sekitar empat bulan. Meski begitu, khusus SMA dan SMK sederajat di daerah yang dikenal dengan sebutan Serambi Madinah ini masih tetap belum bisa menerapkan pembelajaran tatap muka seperti sebelumnya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Gorontalo, hingga tanggal 2 September 2020, total kasus Covid-19 di Gorontalo telah mencapai 2.090 kasus, dengan jumlah sembuh 1.839 orang, dan meninggal 54 orang. Angka kasus ini membuat Gorontalo dalam zona oranye.
Baca juga: Pemprov Gorontalo Upayakan Bandara Djalaludin Jadi Internasional
Di sisi lain, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Makarim, telah mengarahkan supaya proses belajar tatap muka hanya bisa dilaksanakan di daerah yang masuk dalam zona hijau dan zona kuning Covid-19.
“Zona ini mengacu pada data Satuan Tugas Nasional Covid-19. Gorontalo masih berada dalam zona oranye, sehingga belum bisa melakukan pembelajaran tatap muka,” ungkap Wagub Gorontalo, Idris Rahim, usai mengikuti rapat koordinasi kebijakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 melalui konferensi video bersama Mendikbud RI, Nadiem Makarim, Rabu (2/09/2020).
Meski begitu, Idris mengatakan bahwa khusus siswa SMK yang akan mengikuti praktikum, itu bisa dilakukan dengan cara tatap muka. Syaratnya, tentu harus mematuhi protokol kesehatan.
Baca juga: Pemprov Gorontalo Ketat Awasi Kinerja Pegawainya Di Masa Pandemi Covid-19
Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) Provinsi Gorontalo, Yosef Koton menjelaskan, setiap SMK yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka untuk praktikum, harus membuat enam daftar periksa.
Enam daftar periksa tersebut meliputi pengukur suhu tubuh, tempat cuci tangan, penggunaan masker, menjaga jarak di ruang kelas, serta pemantuan dan pengawasan guru terhadap siswa.
“Kami sudah menyusun 12 SOP untuk pembelajaran tatap muka khusus praktikum, sejak siswa berangkat dan kembali ke rumah. Pembelajaran dilakukan dengan sistem sif atau bergantian ganjil genap, dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tandas Koton. (adv)
Pewarta: Andrianto Sanga