Anak-anak Sibuk Main Game, DPRD Kota Gorontalo Usulkan Pembelajaran Tatap Muka

Anak-anak Sibuk Main Game, DPRD Kota Gorontalo Usulkan Pembelajaran Tatap Muka
Sekretaris Komisi A, DPRD Kota Gorontalo saat Diwawancarai Awak Media di Aula Kantor Walikota Gorontalo, Rabu (07/07/2021). Foto: Desy 60DTK

60DTK, Gorontalo – Melihat kondisi anak didik yang saat ini hanya disibukkan dengan game, DPRD Kota Gorontalo usulkan pembelajaran tatap muka dalam Rapat Forkopimda Kota Gorontalo, di gedung Aula Walikota Gorontalo, Rabu (07/07/2021).

Sekretaris Komisi A DPRD Kota Gorontalo, Tien Suharti Mobiliu mengungkapkan di Gorontalo saat ini kasus putus sekolah anak usia dini sangatlah tinggi, salah satu pemicunya adalah karena pembelajaran dari rumah yang menyebabkan anak-anak tidak memiliki kegiatan dirumah.

Bacaan Lainnya

“Salah satunya akibatnya adalah karna anak-anak sudah tidak ada kegiatan lagi dirumah sehingga itu kami menyarankan untuk segera dibuatkan SOP bagaimana caranya agar kegiatan pembelajaran tatap muka itu tetap ada namun tetap harus mengacu di Permendagri 2017” Kata Tien.

Anak-anak Sibuk Main Game, DPRD Kota Gorontalo Usulkan Pembelajaran Tatap Muka
Sekretaris Komisi A, DPRD Kota Gorontalo saat Diwawancarai Awak Media di Aula Kantor Walikota Gorontalo, Rabu (07/07/2021). Foto: Desy 60DTK

Tien juga menjelaskan tujuan di usulkanya pembelajaran tatap muka tersebut adalah untuk meminimalisir jumlah perkawinan di usia dini yang mengalami peningkatan sejak diberlakukannya pembelajaran berbasis online (Daring).

“Menurut kami saat ini anak-anak tidak tau apa-apa lagi, rumus matematika seperti apa, kemudian fisika seperti apa, karena hanya mengandalkan sistem daring saja. Dan ini menjadi suatu kendala bagi orang tua yang tidak paham pelajaran-pelajaran seperti itu,” Jelas Tien.

Terakhir Tien menambahkan untuk SOP serta mekanisme penerapan pembelajaran tatap muka tetap harus diatur untuk jumlah siswa yang hadir di setiap harinya, pengurangan jam pembelajaran, serta harus tetap mematuhi prokes.

“Kita harus atur mengenai pembuatan SOP, entah dibuat misalnya satu kelas jumlahnya ada 40 orang, jadi yang masuk tatap muka hanya 20 orang saja,  kemudian jam pembelajarannya mungkin dikurangi menjadi dua jam perhari,” tutup Tien. (adv)

 

Pewarta: Desy Rahmawati

Pos terkait