Cegah Kritis Di Indonesia, Sejumlah Tokoh Nasional Bentuk Gerakan Suluh Indonesia

Mahfud MD, Syafii Maarif, Sri Sultan HB X dan Beny Susetyo dalam deklarasi Gerakan Suluh Indonesia di Yogyakarta, Rabu (9/1), (foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

60DTK – YOGYAKARTA : Sejumlah tokoh nasonal khawatir, Indonesia berada di tepi perpecahan. Pemilihan presiden tiga bulan ke depan menjadi salah satu saat kritis. Untuk mencegahnya, mereka berkumpul membentuk Gerakan Suluh Indonesia. Gerakan ini mengadakan pertemuan pertama kali di Yogyakarta, serta menandai dimulainya kiprah mereka, Rabu (9/1/2019).

Buya Syafii Maarif, KH Mustofa Basri, Sinta Nuriyah, Romo Magnis Suseno, Sri Sultan Hamenkobuwono X, hingga Mahfud MD adalah tokoh-tokoh yang telah lama berperan di Indonesia. Masing-masing bergerak dengan latar belakang berbeda, cara dan tujuan beragam.

Bacaan Lainnya

Lewat diskusi kecil, deratan tokoh itu coba disatukan dalam lokomotif baru bernama Gerakan Suluh Indonesia. Suluh adalah bara api yang menerangi.

BACA JUGA : Ingin Menjadi Contoh Bagi Warganya, Bupati Bonebol Urus SIM Sendiri

Mahfud MD menjelaskan, gerakan ini mencoba memiliki peran yang sama di tengah gelapnya ruang politik Indonesia yang memuncak, antara lain karena berkembangnnya politik identitas. Gejala itu nampak dari upaya membenturkan pemeluk agama.

“Dan ini sungguh sangat memprihatinkan. Nah, isu ini lalu menumpang di sebuah agenda konstitusional yaitu Pemilu. Polarisasi menjadi semakin tajam dan celakanya lagi, ini lalu disemarakkan oleh berita-berita hoax. Berita bohong, yang dikapitalisasi begitu rupa dan nampaknya diorganisir,” ungkap Mahfud

BACA JUGA : Pemilu 2019, Sembilan Ribu Masyarakat Kabupaten Gorontalo Belum Memiliki E-KTP

Mahfud melanjutkan, Gerakan Suluh Indonesia ingin mencerdaskan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, gerakan ini juga diharapkan menjadi jembatan mengatasi perpecahan, terutama karena perbedaan pilihan politik. Para tokoh yag bergabung datang dari agama dan kutub politik beragam, tetapi harus memiliki satu semangat yaitu menyatukan.

“Karena sayang sungguh sayang, kalau negara yang seindah ini, merdeka atar berkat Allah Yang Maha Kuasa, hancur karena hoax, karena perbedaan politik. Pemilu itu hanya untuk memilih pempinan selama lima tahun, sedangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini kita inginkan untuk selamanya,” lanjutnya

 

(Sumber : VOA Indonesia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan