60DTK-Gorontalo: Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Anggota DPR RI, Idah Syahidah menyinggung soal panah wayer yang terjadi di Gorontalo. Ia menuturkan harapannya agar Kementerian PPPA bisa lebih dalam memahami karakteristik sebuah daerah, khususnya untuk menyikapi persoalan anak dan kekerasan terhadap perempuan.
Idah pun mencontohkan kasus panah wayer di Gorontalo yang sebagian besar korban maupun pelakunya adalah anak di bawah umur. Baginya, ini menjadi kasus kekerasan yang cukup menonjol di antara 754 kasus lainnya yang terjadi di Gorontalo.
Baca juga: Catatan Peristiwa Panah Wayer Di Kota Gorontalo Dalam 3 Tahun Terakhir
“Kasus panah wayer ini sangat meresahkan. Anak – anak jadi segan keluar rumah karena takut terkena panah. Jadi Kementerian PPPA harus tahu karakteristik masalah kekerasan yang terjadi di berbagai daerah,” ujar Idah saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian PPPA di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Bagi Idah, Kementerian PPPA harus lebih dalam menggali akar masalah kekerasan yang terjadi di berbagai daerah, sehingga strategi program yang dirumuskan pun bisa tepat sasaran.
Baca juga: Panah Wayer Menghantui Gorontalo, Apa Kata Masyarakat?
“Ada sekitar 2.000 kasus kekerasan perempuan dan anak setiap bulannya, padahal segala perangkat penunjang seperti payung hukum, anggaran, dan sarana prasarana lain sudah dipenuhi lengkap. Ini menjadi evaluasi penilaian kinerja Kementerian PPPA yang juga masih kurang dalam penyerapan anggaran dan berdampak pada minimnya capaian program,” tegas Idah. (rls)
Sumber: Hulondalo.id