Kepergian B.J Habibie Dimata Warga Gorontalo

Almarhum B.J Habibie sedang berfoto bersama keluarga di Gorontalo bertempat di rumah keluraga Habibie di Tamalate, Kota Gorontalo. Kamis (12/9). Sumber: Foto ini dipotret kembali oleh Zulkifli M. dari beberapa bingkai foto/ dokumentasi Habibie yang terpajang rapi di dinding-dinding rumah keluarga Habibie, di Tamalate, Kota Gorontalo.

60DTK – Gorontalo: Kepergian Almarhum B.J Habibie meninggalkan sejumlah kenangan bagi rakyat Indonesia, tak terkecuali bagi warga Gorontalo. Dengan meninggalnya sang tokoh Nasional itu,keesokan harinya ramai di jalanan dan di depan rumah setiap warga memasang bendera setengah tiang. Bendera itu sebagai petanda bahwa hari ini warga Gorontalo sedang berkabung.

Kamis (12/9) pagi, sekiranya waktu menunjukan pukul 10.30 wita, saya tengah bersiap-siap, karena hari ini melalui informasi yang beredar di grup-grup whatsapp ada pergumulan keluarga di rumah peninggalan keluarga Habibie, rumah yang juga pernah almarhum tinggali saat ia kecil saat mengunjungi kampung halaman ayahnya.

Bacaan Lainnya

Selain itu, secara bersamaan beredar pula informasi imbauan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memasang bendera setengah tiang di depan rumah, di halaman kantor setiap instansi pemerintah sebagi bentuk penghormatan atas meninggalnya B.J Habibie pada hari Rabu (11/9) malam, pukul 18.05 Wib di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Imbauan itu beredar ke grup whatsapp saya, tapi tidak ke semua grup hanya beberapa saja.

Langit hari itu sedang membiru, cerah dan tak ada celah, tak ada awan. Panas mataharinya pun akibat kemarau panjang sangat terasa apalagi langit jua tak kunjung mendung, tutupan lapisan awan yang pada hari itu sangat tipis, panas memang.

Tepat pada pukul 11.00 saya baru menuju ke rumah jawatan keluarga Habibie yang ada di kelurahan Tamalate, Kota Timur, Kota Gorontalo.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal, berkisar antara 7-8 kilometer saja.

Dalam perjalanan menuju ke rumah Habibie, hampir di setiap pekarangan dan halaman rumah di Gorontalo memasang bendera setengah tiang. Ada yang dari tiang bambu, kayu hingga besi dipasangi bendera merah putih. Tiang dan bendera itu kemudian menonjol di setiap bahu jalan yang saya lewati.

Kiranya bukan semua warga yang ikut memasang, hanya beberapa rumah saja, tapi cukup mewakili pesan berantai dari imbauan yang tersebar di grup-grup whatsapp.

Apalagi saat melewati jalan HB Jassin, jalan Irian, jalan Kalimantan, jalan panjaitan, hanya beberapa rumah warga memasang bendera setengah tiang.

Namun, ada potret lain ketika melewati jalan Medi Botutihe, banyak bendera yang dipasang dari tiang bambu dan kayu, berdiri tegap di bahu jalan, kain bendera terkibas ke kiri dan ke kanan, maklum, selain musim kemarau terpaan angin kencang juga turut menemani keseharian warga Gorontalo.

Perjalanan saya hentikan sejenak, saya turun dari motor sekadar mengambil foto setiap bendera setengah tiang itu.

Lokasinya di kelurahan Heledualaa Selatan, di sini rumah-rumah warga banyak dipasangi bendera, pun tak terkecuali kantor kelurahannya. Jadi tak heran melihat di sepanjang jalan dan jalan menuju kantor kelurahan Heledulaa Selatan ramai dipasangi bendera, tapi tidak terlalu banyak. Bisa dihitung, namun sangat berbeda dengan jalan-jalan yang saya lewati tadi, tiang-tiang bendera sangat minim dan mungkin bisa dihitung dengan jemari.

Aksi Memasang Tiang Bendera

Setelah mendengar kabar meninggalnya mantan presiden RI yang ketiga pada Rabu (11/9), Lurah Heledulaa Selatan, Gamarudin Daud, langsung memberikan arahan dan instruksi kepada ketua-ketua RT/RW agar esok hari memasang bendera setengah tiang, sebagai bentuk penghormaatan atas meninggalnya B.J Habibie.

“Saya kaget mendapatkan informasi beliau meninggal dunia. Kemudian setelah mendengar kematian pak Habibie, saya langsung menginstruksikan kepada warga melalui RT/RW untuk pada besok hari memasang bendera setengah tiang di depan rumah,” ujarnya saat diwawancarai di kantor kelurahan Heledulaa Selatan.

Warga kelurahan Heledulaa Selatan saat memasang bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum B.J Habibie yang telah berpulang tadi malam di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Kamis (12/9). Foto: Zulkifli M.

Gamarudin juga mengatakan, bahwa B.J Habibie punya kenangan yang panjang terhadap Gorontalo, ayahnya lahir dan asli orang Gorontalo.

“Pak Habibie punya darah Gorontalo, jadi dengan meninggalnya beliau juga memberikan kesedihan bagi orang-orang Gorontalo, khususnya bagi keluarga Pak Habibie yang ada di sini,” katanya.

Katanya pula, aksi memasang bendera setengah tiang ini sebagai bentuk penghormatan dari warga Gorontalo kepada Habibie yang telah berjasa bagi bangsa Indonesia dan Dunia. Penemuan-penemuannya dalam bidang teknologi dan sumbangsih ilmu pengetahuan terhadap pesawat terbang sampai saat ini dirasakan oleh orang banyak.

“Beliau punya banyak jasa bagi kita semua, setidaknya dengan memasang bendera setengah tiang ini, sebagai bentuk penghormatan serta mengenang jasa-jasa beliau terhadap bangsa dan negara.”

Habibie Dimata Warga Gorontalo

“Ia pernah menjabat Menteri Riset dan Teknologi, temuannya banyak bermanfaat bagi orang banyak,” kata Hapsah Daud sambil mengenang sosok B.J Habibie.

Hapsah warga kelurahan Heledulaa Selatan, yang juga pernah menjabat sebagai Lurah Heledulaa Selatan itu, menuturkan sosok B.J Habibie dimatanya. Bagi Hapsah sosok Habibie adalah sosok seorang ilmuwan yang sederhana dan patut menjadi contoh bagi kita semua.

“Kehadiran Habibie bagi perkembangan ilmu pengetahuan tak bisa kita pungkiri ia memberikan sumbangsih besar,” kata Hapsah Daud.

Hapsah Daud warga kelurahan Heledulaa Selatan, mantan Lurah Heledulaa Selatan itu menceritakan sosok B.J Habibie dimatanya. Foto: Zulkifli M.

Lanjutnya, saat Pak Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi satu kebanggan tersendiri baginya dan bagi orang Gorontalo pada waktu itu, apalagi saat ia menjabat sebagai presiden RI ketiga.

Namun, bukan pada prestasi jabatan itu yang Hapsah kenang, ia lebih banyak mengenal dan mengenang Pak Habibie melalui penemuan-penemuannya dibidang teknologi. Apalagi akhir-akhir ini impiannya soal pesawat R-80 yang sementara ia rancang satu karya yang sangat ditunggu-tunggu oleh Hapsah, “Jika pesawat itu berhasil  prestasi tersendiri bagi beliau.”

“Pak Habibie itu ilmuwan besar, apalagi soal pesawat terbang, ia banyak bermanfaat bagi semua orang dan temuannya banyak dirasakan manfaatnya saat ini.”

Tapi saat mendengar kabar meninggalnya mantan Menteri Riset dan Teknologi itu, Hapsah merasakan kehilangan seorang sosok atau tokoh Nasional yang banyak berjasa, terlebih Habibie punya darah Gorontalo semakin menambah rasa kehilangan akan sosok Habibie baginya.

“Saya ketika mendengar beliau wafat langsung mengirimkan doa kepada almarhum. ‘innalillahi wa innailahi rojiun semoga amal ibadahnya diterima dan segala pengetahuan yang ia sumbangsikan kepada kita menjadi bermanfaat’,” ujar Hapsah sambil mengulangi kembali doa yang ia panjatkan setelah mendengar kematian Habibie dan sambil menengadahkan tangannya sambil bermunajat.

Hapsah juga mengungkapkan, kematian B.J Habibie ini merupakan kehilangan seorang tokoh Nasional yang paling berpengaruh di Indonesia. Terutama peristiwa ini merupakan belasungkawa paling menyedihkan yang dirasakan oleh masyarakat, terutama bagi keluarga beliau.

“Semoga dengan berpulangnya Pak Habibie, masyarakat Indonesia dan keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan. Doa kami juga menyertai kepergian beliau,” imbuhnya sambil diikuti kata-kata amin dari beberapa warga yang ada disekitar saya dan Hapsah.

Penulis: Zulkifli M.

Pos terkait