Komisi III Pantau Kerusakan Akibat Banjir di Tombulilato

Pasca Banjir
Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Gorontalo Saat Melakukan Kunjungan Monitoring Paska Banjir Yang Terdampak Pada Putusnya Jalan Trans Sulawesi, dan Ambruknya Bangunan sekolah SDN 1 dan Puskesmas Tumbulilato, Bone Bolango, Jumat (14/08/2020). Foto: Humas DPRD

60DTK, Gorontalo – Pasca diterjang banjir, Desa Tombulilato Kabupaten Bone Bolango mengalami kerusakan yang cukup parah. Dimana  putusnya Jalan Trans Sulawesi, dan ambruknya bangunan SDN 1 dan Puskesmas.

Agar hal yang serupa tidak terulang perlu ada penanganan khusus dan serius dari Balai Wilayah Sungai (BWS). Pasalnya Terhitung  banjir yang menerjang sudah yang keenam kalinya.

Bacaan Lainnya

“Untuk urusan Banjir yang terjadi memang  banjir yang sudah ke-6 kali untuk daerah di Bone Bolango, kami (DPRD) melihat memang cukup parah. Ini perlu ada penanganan serius khusus dari Balai sungai dan ini juga perlu penanganan yang serius” ungkap Anggota Komisi III DPRD Provinsi Gorontalo, Faisal Hulukati saat diwawancara, Jumat (14/08/2020).

Baca Juga: Warga Melapor Mobilnya Ditarik Paksa Finance, DPRD Provinsi Gorontalo Beri 3 Solusi

Ia menjelaskan penanganan atas banjir ini bukan hanya pada lokasi yang terdampak bencana, akan tetapi perlu ada penanganan pada bagian hulu sungai. Kata dia ini harus segera direalisasikan, mengingat perumahan, pemukiman dan perkantoran adalah area yang terkena luapan sungai tersebut.

“Kami berharap ini ada penanganan khusus dan serius dari Balai menyangkut perbaikan, kalau dilihat airnya harus melalui Hulu Bagaimana Penanganannya agar kiranya di dalam normalisasi sungai  tidak akan berulang-ulang karena nampak di sini bahwa aliran sungai yang ada di tempat ini sudah mengarah ke Perumahan, pemukiman dan perkantoran” tegasnya.

Baca Juga: Bangun Kantor Kas Di Kantor Gubernur, PT. BSG Dapat Apreisasi Dari DPRD

Sementara itu, Anggota Komisi III DPRD Provinsi Ismail Alulu mengatakan , dalam pembangunan tanggul penahan banjir, seharusnya sebelumnya dilakukan pembuatan penahan sungai lainnya. Misalnya berupa boronjol. Ini dilakukan guna menahan tanggul atau pun jembatan tidak mudah roboh.

“Kondisi karena ini sudah berulang-ulang ini harus ada alternatif lain, karena melihat begini model  sudah terlalu parah dan lebih luas, ini karena apa? Sebelum membuat jembatan dibikinlah seperti boronjol untuk penanganan tanggul, jika tidak dibikin rusak lagi jembatan,” ungkap Ismail.

 

 

 

Pewarta: Hendra Setiawan

Pos terkait