60DTK – Gorontalo: Angka Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Gorontalo selama dua tahun terakhir menunjukan tren yang meningkat. Tren penderita DBD tahun 2018 hingga akhir tahun di Bulan November 2019 tidak mengalami Penurunan.
Pihak Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo sendiri membeberkan data angka DBD di Gorontalo dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Menurut Data Dikes Gorontalo di tahun 2018 kemarin angka DBD mencapai 906 penderita atau kasus kejadian sedangkan pada tahun 2019 hingga November mencapai 1092 kasus dan kejadian. Data tersebut menunjukan tren yang naik dari tahun sebelumnya.
“Memang dari tahun 2018 kemarin hingga tahun ini tepatnya di bulan Oktober kemarin terjadi peningkatan kasus DBD di seluruh Kabupaten/Kota di Gorontalo,” ujar Subarty Labadjo, S.KM selaku pengelola DBD Dikes Provinsi Gorontalo, Jumat (29/11/2019).
Sunarty juga mengungkapkan, pada tahun 2018 kemarin dengan tingkat kasus penderita sebanyak 906 menyebabkan penderita DBD yang mati sebanyak 14 jiwa dan pada tahun 2019 dengan tingkat kasus penderita sebanyak 1092 menyebabkan kasus kematian sebanyak 22 jiwa.
“Kasus di Tahun 2018 memang banyak, tapi lebih banyak lagi di tahun 2019 ini.”
Sebenarnya pihak Dikes sendiri sudah melakukan upaya pencegahan melalui sosialisasi bersama pihak terkait untuk menurunkan angka DBD ini setiap tahunnya. Namun, Sunarty juga menyesalkan sikap masyarakat yang tak peduli terhadap penyakit DBD yang tiba saat dapat menyerang lingkungan mereka.
“Langkah yang kami lakukan turun bersama pihak terkait, turun di setiap Kabupaten melakukan penyelidikan Epidomiologi untuk kasus DBD di kalangan masyarakat, untuk melakukan survei jentik nyamuk,” katanya saat di wawancarai.
Menurut Sunarty juga, masyarakat tidak secara intens melakukan pencegahan sebelum penyakit DBD ini muncul. Seharusnya masyarakat melakukan proses 3M (Menguras/Menyikat, Mengubur/Menutup, dan Mendaur ulang/Memanfaatkan) semingu sekali bahkan dua minggu sekali untuk memeriksa jentik-jentik nyamuk yang berpotensi menjadi nyamuk dewasa. “Dan itu tidak pernah dilakukan oleh masyarakat.”
Tingginya angka penderita DBD ini, karena kurang sadarnya kepekaan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitar, baik kebersihan dari dalam rumah hingga diluar rumah.
“Sehingga itu dalam data kami, Kabupaten Gorontalo dan Pohuwato masih yang tertinggi angka DBD-Nya. Ini terjadi karena kurangnya kesadaran tadi,” jelasnya.
Ia juga mengharapkan, aparat desa mampu mengubah perilaku masyarakat untuk hidup dengan pola sehat.
“Harapan kami ke depan masyarakat mampu berubah, terutamanya bagi aparat desa/kelurahan untuk melakukan program pencegahan seperti Jumat bersih yang sudah mulai jarang dilakukan. Desa yang paling berperan penting dalam penanganan dan pencegahan DBD ini, bukan hanya tugas Dikes, tapi tugas dari kemitraan juga,” tutupnya
Penulis: Zulkifli M.