60DTK – GORONTALO – Keberadaan hutan mangrove di Gorontalo kini mulai memprihatinkan, tumbuhan pesisir yang berfungsi sebagai penyanggah perubahan iklim tersebut terus dibabat habibatnya. Keberadaan mangrove sendiri sangat penting bagi kelestarian ekologi, ekosistem, dan fungsi sosialnya. Dengan masif-nya pembatatan hutan mangrove yang terus dilangsungkan, menjadikan tumbuhan yang juga berperan dalam menangkal efek gas rumah kaca dan menyimpan sebagian karbon dioksida untuk dilepaskan ke atmosfer terancam punah.
Mangrove sendiri selain memilki fungsi yang telah di sebutkan di atas, juga berperan untuk menampung gas biru (blue karbon) yang berperan sebagai penopang dampak dari perubahan iklim akibat pengelolaan lingkungan dan pengambilan sumber daya alam yang secara berlebihan.
Seperti halnya pembatatan mangrove yang terjadi di Desa Limbatihu, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, yang ditebang hanya karena pembukaan jalan untuk pembangunan pelabuhan Kapal Batu Split atau Batu Pecah.
Rencana pembangunan jalan itu memiliki lebar kurang lebih tujuh meter, dan pusat pembangunan jalan tersebut harus mengeluarkan pohon mangrove yang tumbuh subur itu.
Perusakan mangrove ini juga turut dikemukakan oleh salah seorang mahasiswa yang bernama Rihiol Igrisa berasal dari Paguyaman Pantai. Ia menuturkan bahwa dugaan pembatatan mangrove itu terjadi pada tahun kemarin.
“Awalnya kan di lokasi itu hanya mangrove semua. Namun, ketika perusahaan Batu Pecah masuk maka mangrove itu juga ikut dibabat hanya untuk pembukaan jalan serta pembangunan pelabuhan kapal pengangkut Batu Pecah,” ujarnya.
terlepas dari itu, aturan untuk tidak membabat mangrove sudah jelas telah di atur. Bahkan, Bupati Boalemo Darwis Moridu, mengatakan, akan berupaya untuk melestarikan hutan mangrove. Ia juga sudah memiliki planning untuk menanam mangrove di sepanjang wilayah pesisir kabupaten Boalemo.
Namun, pemerintah lengah dalam hal rencana pelestarian mangrove tersebut. Hutan mangrove yang berada di desa Limbatihu ini sudah mulai rusak dari tahun kemarin, akibat dari aktivitas galian c batu pecah di sana.
“Padahal ekosistem mangrove di kawasan Desa Limbatihu itu tumbuh dengan baik. Tingginya kisaran antara lima sampai delapan meter,” imbuh Rihiol Igrisa. (rls)