60DTK – Opini : Perlu dipahami bahwa “Keremus” singkatan dari “Kerjaannya Melakukan Rekayasa dan Senang Mencari Musuh”, bukan “Keremus” sebagaimana lazimnya diketahui banyak orang.
Seorang sahabat pernah berkata, apakah yang dimaksud dengan aktivis ? Setalah lama tak ku jawab, akhirnya dia bercerita bahwa aktivis sejauh pemahamannya adalah anak muda yang gemar memperjuangkan kebenaran dan melibatkan diri langsung dengan persoalan yang ada di masyarakat kecil.
Sesederhana ini menurutnya, pengertian yang mudah dipahami namun agak sulit dijalani oleh pemuda zaman ini. Ketika dulu para pemuda terlibat dalam banyak gerakan historis kebangsaan, pemuda zaman ini terjebak pada proses pencarian jabatan struktural. Perih dan sungguh menyedihkan.
BACA JUGA : Gerakan “Wajah Hitam”
Kekonyolan, kebodohan, kehinaan dalam setiap gerakan jadi pertunjukan setiap hari dan jadi sarapan khalayak umum. Jadi sebuah pertanyaan jika hal ini dianggap wajar dan pertunjukan biasa.
Dialah aktivis “keremus”, tanpa kewarasan sangat bangga melakukan rekayasa dan senang mencari musuh. Ada yang menganggap aktivis “keremus” memiliki keterbatasan dalam akal, ada juga yang berasumsi aktivis “keremus” adalah perilaku bawaan, namun itu masih perlu diperdebatkan lebih jauh.
Sebab, aktivis “keremus” sebenarnya karena kerjaannya melakukan rekayasa dan senang mencari musuh, adalah pilihan hidup yang tidak bisa ia hindari mengingat dirinya tak cukup memiliki kreativitas dalam berorganisasi.
BACA JUGA : Si Aktivis ‘Ketombe’
Hidupnya ingin dilihat dan dikenal orang banyak, tapi sayang seribu kali sayang, ia tak pandai menilai dirinya sendiri bahwa sesuangguhnya yang ia tampilkan adalah kekonyolan, kebodohan dan kehinaan diri sendiri.
Itulah pilihan hidup yang ia nilai paling baik untuk ia jalani karena tanpa menjadi aktivis “keremus” dirinya akan tergerus oleh banyaknya aktivis-aktivis yang memiliki kreativitas, inovatif, mengandalakan kekuatan pikiran, ide dan gagasan daripada menampilkan sebuah kekonyolan, kebodohan dan kehinaan diri sendiri.(rds)
Fahmi Alamri
Gorontalo, 30 Agustus 2019