60DTK, Kota Blitar – Wali Kota Blitar, Santoso hadiri peletakan tiang pancang pertama pembangunan Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar (PSF) di lokasi eks rumah sakit Mardi Waluyo, Jalan dr. Sutomo, Kamis (18/6/2020).
“Dengan peristiwa yang bersejarah dan sudah kita tunggu-tunggu dengan waktu yang cukup lama. Semula kita usulkan sejak tahun 2012 dan baru tahun 2020 kampus ini dibangun. Maka, nantinya akan menjadi perguruan tinggi negeri pertama di Kota Blitar,” kata Santoso kepada wartawan usai acara peletakan tiang pancang itu.
Baca: Wali Kota Blitar Serahkan 272 Sertifikat Tanah Milik Warga
Santoso berharap, dengan dibangunnya Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar ini, merupakan suatu kebanggan masyarakat Kota Blitar umumnya. Yang mana telah dibangun suatu kampus yang representatif, sehingga ini nantinya akan membawa perubahan ekonomi masyarakat di sekitar kampus khususnya.
“Ini akan dibangun secara bertahap. Karena anggaran ini murni dari APBN melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Sementara tahap awal anggarannya sebesar 21 milyar dan kita hanya menyiapkan lahanya saja,” urai Santoso.
Kemudian Santoso menyebutkan, sesuai master plan ini ada beberapa titik yang akan dibangun, seperti ruang sekretariat dan ruang kuliah. Selanjutnya secara multi years akan diusulkan penambahan dari tahun ke tahun untuk menyempurnakan perencanaan master plan AKN PSF.
Baca Juga: Sukses Bentuk Kampung Tangguh, Pemkot Blitar Gagas Kawasan Industri Tangguh Semeru
Sedangkan target pembangunan kampus tersebut, kata Santoso, ditargetkan pertengahan bulan Desember sudah harus selesai. Kemudian di tahun 2021 akan diusulkan lagi. Karena pendanaan full dari APBN.
“Mudah-mudahan tahun berikutnya dapat lagi, sehingga sempurnalah master plan kampus putra sang fajar ini. Kalau kita lihat, luas area ini lebih dari 2,5 hektar,” pungkas Santoso.
Lebih lanjut, Direktur AKN PSF Blitar, Puji Herianto menuturkan, bahwa kampus yang mengeluarkan kelulusan program pendidikan vokasi yang berorientasi mengarah pada ketrampilan.
“Jadi kalau di tingkat SLTA ada SMA dan SMK, maka di tingkat perguruan tinggi ada Universitas dan vokasi,” beber Puji.
Namun begitu, dalam hal kelulusan, Puji mengaku hanya mengeluarkan kelulusan sampai D2. Karena arahanya menurut Puji, sebagai pemberdayaan masyarakat.
“Makanya letaknya banyak di daerah Kabupaten atau tingkat II. Sehingga maksudnya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat tingkat II, yang belum sempat kuliah, kemudian bisa kuliah di daerahnya, meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya dengan biaya yang relatif murah,” pungkasnya. (adv/hms)
Pewarta: Achmad Zunaidi