60DTK, Blitar – Meski Indonesia sudah memasuki tatanan kehidupan baru, namun pencegahan terkait penyebaran Covid-19 terus dilakukan. Sehingga, Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar menggelar Gerakan Memakai Masker (Gemmas) di Alon Alon Kota Blitar, Jumat (7/8/2020).
Gerakan ini, kata Wali Kota Blitar, Santoso, usai acara kepada wartawan mengatakan, bahwa gerakan ini merupakan tindak lanjut atas instruksi Menteri Dalam Negeri yang secara serentak di seluruh Indonesia agar menggelar gerakan wajib memakai masker.
“Untuk itu, hari ini dilakukan secara serentak di seluruh Jawa Timur. Kemudian akan dilaunching oleh Mendagri Tito Karnavian yang nanti sore dipusatkan di Malang,” terang dia.
Kemudian, pada dasarnya menurut Santoso, Gerakan Memakai Masker atau Gemmas ini untuk menyiapkan suatu masyarakat yang siap menghadapi tatanan baru ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan dan ketika orang sudah mulai bisa beraktivitas di luar rumah.
Disamping itu, dengan membolehkan masyarakat melakukan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya di luar rumah tetapi wajib memakai masker, menurutnya akan membuat perekonomian dan kehidupan masyarakat bangkit kembali. Lalu, dengan memakai masker dapat menurunkan risiko tertular virus corona hingga 75%.
Selanjutnya Ia berharap, dengan Gemmas ini masyarakat akan menjadi sadar betapa pentingnya memakai masker. Sehingga dengan memakai masker, hal ini bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang ada di Jawa Timur dan khususnya di Kota Blitar.
“Dan diawali dengan senam kebugaran dan untuk mendukung gerakan tersebut, maka kita akan membagikan masker sejumlah 500 ribu masker. Sementara bulan lalu kita sudah membagikan sekitar 75 ribu, dan hari setelah sholat jumat kita bagikan 150 ribu masker kepada masyarakat Kota Blitar,” ujar Santoso.
Terakhir Santoso berpesan supaya disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, physical distancing atau menjaga jarak dan mengenakan masker saat beraktivitas atau berhubungan dengan banyak orang tetap dilakukan.
“Mengingat sampai hari ini belum ditemukan obatnya,” pungkasnya. (adv/hms)
Pewarta: Achmad Zunaidi