Bukan Hanya SMK, Lulusan Universitas Juga Menyumbang Pengangguran di Gorontalo

Prosesi Wisuda Program Sarajan, Magister dan Doktor di Auditorum Universitas Negeri Gorontalo, Kamis (7/2/2019). Foto : Dok/Istimewa

60DTK – Gorontalo:  Hampir setiap tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Universitas yang tersebar di seluruh daerah mengeluarkan para lulusannya. Namun, hanya sedikit lulusan SMK dan Universitas yang mendapatkan pekerjaan, sisanya menganggur, termasuk daerah Gorontalo salah satunya. Bahkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan Februari 2019 kemarin angka pengangguran di Gorontalo sempat mengalami penurunan, namun pada bulan Agustus kemarin bertambah.

Amir Hadju, Kepala Bidang Nakertrans Gorontalo, turut membenarkan angka pengangguran pada bulan Agustus bertambah. Dan penyumbangnya dari lulusan Universitas.

Bacaan Lainnya

“Bulan Februari turun, tapi bulan Agustus kemarin naik lagi, karena dipengaruhi jumlah lulusan Universitas. Karena mereka belum terserap lapangan pekerjaan otomatis menyumbang angka pengangguran. Selain itu lulusan Universitas di Gorontalo juga menjadi penyumbang, alasannya karena mereka memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan basic kejuruan mereka dari kampus,” jelas Amir.

Amir juga mengatakan, para lulusan Universitas ini banyak menganggur dan bermukim di Perkotaan dibandingkan di Perdesaan. Karena menurut data dari ketenagakerjaan sendiri  di perdesaan rata-rata  pendidikan mereka ada yang hanya tamatan SMP dan SMA, tapi kalau di Perkotaan pendidikan mereka rata-rata lulusan perguruan tinggi, dan karena alasan itu mereka memilih-milih kerja sesuai dengan pendidikan mereka.

“Kurang lebih angka pengangguran dari lulusan kampus sebanyak 30 persen atau menengah ke atas dan sisanya 70 persen di dominasi untuk pendidikan menengah ke bawah yaitu lulusan SD, SMP, dan SMA,” jelasnya.

Bahkan menurut Sekretaris Dinas Penanaman Modal, ESDM, dan Transmigrasi, Rugaiyah Biki, bahwa angka pengangguran juga terus bertambah karena lulusan sarjana dari kampus yang tiap tahunnya terus bertambah.

“Biasa setelah selesai wisuda pasti banyak yang mencari pekerjaan dan karena dalam kurun waktu satu minggu tidak bekerja berarti mereka terhitung pengangguran,” ujar Rugaiyah kepada wartawan saat diwawancarai di kantornya, Jumat (15/11/2019).

Kata Rugaiyah juga, bahkan lulusan SMP dan SMA/SMK tadi kalau dia bekerja sebagai kuli juga dihitung sudah memiliki pekerjaan. “Tapi, kalau dia selesai bekerja dan di data kembali satu bulan kemudian dan tidak memiliki pekerjaan, terhitung sebagai pengangguran.”

Ia juga menambahkan, sebenarnya angka pengangguran bukan di pengaruhi  oleh lapangan pekerjaan yang tidak tersedia, banyak pekerjaan tersedia. Tapi karena kompetensi dan daya saing kita yang kurang.

“Kalau saya lihat juga tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Karena orang di perdesaan tidak memilih-milih pekerjaan, tapi orang perkotaan lebih memilih pekerjaan karena dengan latar pendidikan yang diemban,” tutupnya

Penulis: Zulkifli M.

Pos terkait