Masyarakat Boalemo Malu, Bupatinya Marah – Marah

Ibrahim Pakaya, warga Desa Tapadaa, Kecamatan Botumoito saat berdialog dengan gubernur pada Silaturahim dan Dialog Petani bertempat di Desa Bolihutuo, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo, Sabtu (2/2/2019). Mantan Kades Tapadaa itu menyesalkan sikap Bupati Boalemo yang emosional saat menanti kunjungan kerja Gubernur Gorontalo, Kamis kemarin. Atasnama masyarakat ia menyampaikan permohonan maaf kepada gubernur. (Foto: Valen-Humas).

60DTK – Boalemo : “Kami Malu pak, Bupati kami marah – marah” Begitu kata Ibrahim Pakaya dihadapan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan ratusan masyarakat Tani dan Nelayan dari Boalemo dan Pohuwato.

Ternyata sikap Emosional Bupati Boalemo Darwis Moridu saat menanti kunjungan kerja Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, kamis kemarin, ternyata hingga kini masih membekas di masyarakat Boalemo. Mereka merasa malu dan menyesalkan sikap tersebut.

Bacaan Lainnya

Bahkan ketika ada kesempatan bertemu langsung dengan Gubernur Rusli, sejumlah masyarakat tidak lupa menyatakan permintaan maaf kepada Gubernur atas kemarahan dari Bupati mereka itu.

Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim Pakaya, mantan kepala desa Tapadaa, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo. Pernyataan itu disampaikan Ibrahim saat hadir pada Silaturahim dan Dialog antara Petani dengan Gubernur Gorontalo yang berlangsung di Desa Bolihutuo, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (2/2/2019).

“Kami ingin menyampaikan permohonan maaf terkait bupati kami yang marah-marah. Sebagai khalifah (kami), kami sebagai masyarakat yang ada di Boalemo mengucapkan permohonan maaf, karena kami juga (sebagai masyarakat) tetap merasa malu,” kata Ibrahim.

Sebelumnya di tempat terpisah, Nizam Dai selaku tokoh sesepuh Boalemo juga menyesalkan kejadian tersebut. Sikap Darwis tidak saja memberi contoh buruk bagi masyarakat, tapi juga dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai adat yang menjunjung falsah adat bersedikan sara’ dan sara’ bersendikan kitabullah.

“Seakan-akan Bupati menuntun Gubernur. Dalam adat kita itu tidak boleh. Gubernur itu dalam kedudukan adat adalah tauwa atau raja di raja. Bupati atau walikota itu raja atau istilahnya tauwa to bonela, jadi posisi gubernur itu ada di atasnya,” jelas Nizam yang juga pernah menjabat Ketua DPRD Boalemo.

Nizam Dai mengaku sudah dihubungi oleh sejumlah tokoh adat untuk membahas persoalan tersebut. Selain karena sudah viral di berbagai media, sikap emosional Darwis Moridu sudah menjadi buah bibir dan dinilai telah mencoreng nama baik daerah.

“Kami harus menjelaskan ini dengan arif kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mempertanyakan. Ini menjadi sejarah tidak baik bagi kita di Kabupaten Boalemo. Ini tidak pernah terjadi. (Usia) saya sudah 70 tahun sekarang, pernah menjadi camat hingga Ketua DPRD (peristiwa ini belum pernah terjadi),” tandasnya.(rls)

Sumber : humas.gorontaloprov.com                                                                                                                      Editor    : Fry

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan