Mengenal Desa Lupoyu, Desa Pencegah DBD di Gorontalo

Seorang anak kecil sedang bermain-main di kebun mini milik warga Desa Lupoyo yang ditanami serai. Foto: Zulkifli M.

60DTK – Gorontalo: Desa Lupoyo adalah sebuah desa yang begitu dekat dengan danau Limboto serta terletak di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Desa yang berpenduduk sebanyak 629 Kepala Keluarga (KK) ini berhasil menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gorontalo selama tiga tahun silam.

Bacaan Lainnya

Dalam data yang dibeberkan oleh Dinas Kesehatan Gorontalo pun, Kabupaten Gorontalo menempati urutan tertinggi kasus penderita penyakit DBD. Termasuk di dalamnya desa Lupoyo sendiri.

Namun saat ini, penderita DBD di desa Lupoyo terus menurun berkat program pemerintah desa menggagas menanam serai di sepanjang jalan desa. Program ini dibuat untuk menanggapi kejadian DBD yang secara terus-menerus mengintai masyarakat desa.

Tepatnya program menanam serai ini dilaksanakan pada tahun 2017, dan terus berlanjut sampai tahun ini. Dengan menanam serai sesuai program pemerintah desa, kini masyarakat desa Lupoyo terhindar dari penyakit DBD tersebut, serta membawa berkah tersendiri dalam menanam serai di halaman dan kebun mini milik warga.

Alwin Hilala selaku kepala desa Lupoyo menjelaskan, bahwa motivasi pemerintah desa dalam menjalankan program menanam serai untuk mencegah penyakit DBD terjadi.

“Sejak tahun 2017 program menanam serai kami laksanakan di desa. Ini berawal dari tahun 2015 desa kami terindikasi DBD karena ditemukannya kasus DBD. Juga berkat program dari puskesmas Telaga yang menganjurkan warga untuk menanam serai di depan rumahnya, dan ini yang terus kami dorong kepada masyarakat agar sadar,” ujar Alwin dalam sambungan Telepon, Rabu (18/12/2019).

Alwin juga menjelaskan alasannya memilih tanaman serai yang di programkan untuk ditanam masyarakat, karena bau dari serai yang tidak disukai nyamuk. “ Serai jika ditanam tidak disukai nyamuk, baunya yang tidak sedap itulah pemicu tidak disukai oleh nyamuk. Dan berkat mulai menanam dari tahun 2017 hingga 2019 sekarang ini, angka atau kasus penderita DBD berkurang. Apalagi tahun 2019 tidak ada sama sekali.”

Kata Alwin juga, setelah menjalankan program desa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta program menanam serai, desa Lupoyo kemudian mendapat penghargaan tingkat pertama sebagai desa dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tingkat kabupaten Gorontalo dan peringkat kedua di tingkat  Provinsi Gorontalo.

Tanaman serai yang ditanam oleh warga Desa Lupoyo sebagai pencegah DBD. Foto: Zulkifli M.

“Kami selaku pemerintah desa terus mengupayakan pola hidup sehat di masyarakat. Apalagi, selain manfaat masyarakat dalam sisi kesehatan, mereka juga mendapat manfaat dari sisi ekonominya.”

Dari sisi ekonomi inilah yang kemudian masyarakat mulai rutin juga menanam serai di halaman rumahnya bahkan ada yang membuat kebun mini.

“Syukurlah masyarakat mulai sadar, apalagi ada sisi keuntungan di bidang ekonomi. Artinya bisa membantu perekonomian keluarga lah,” ungkapnya melalui sambungan telepon tersebut.

Ibu Sowan Angiu warga desa Lupoyo yang ditemui wartawan 60dtk.com mengatakan, hampir di setiap rumah warga di Desa Lupoyo menanam serai dan berbagai macam tanaman lainnya. Ada yang menanam serai untuk pencegahan DBD ada pula untuk dijual atau dikonsumsi sendiri.

“Rata-rata orang di sini menanam serai, bisa dilihat dari halaman rumah atau di belakang rumah mereka pasti ada tanaman satu ini,” kata Ibu Sowan kepada saya, Selasa (26/11/2019).

Ia juga menuturkan, bahwa tujuannya menanam serai ini mengikuti intruksi pemerintah desa sebagai tanaman pencegah penyakit DBD, dan tanpa ia sadari menanam serai juga menguntungkan dari sisi ekonomi bagi dirinya dan beberapa masyarakat yang ada di sini.

“Sudah lama menanam serai, boleh di hitung sudah setahun lebih. Selain itu desa juga sudah punya program menanam serai ini dari tahun kemarin. Program yang digalang pemerintah desa ini untuk mencegah DBD di kampung kami desa Lupoyo. Tapi di samping itu, ada juga yang beli serai yang kami tanam ini. Tidak semata-mata untuk kami tanam sebagai pencegah DBD saja tapi bisa dijual juga,” tuturnya.

Kata Ibu Sowan, sedari menanam serai tahun kemarin, ia mulai menjual serai baru tahun ini, dan yang ia jual pula yang  sudah tumbuh besar. “Saya jual tanaman ini per satu pohon yang sudah tumbuh besar dan tergantung ukurannya juga, paling standar dijual Rp5 ribu per pohon dan paling besar Rp10 ribu.”

Serai milik Ibu Sowan Angiu yang sudah berumur satu bulan. Foto: Zulkifli M.

“Biasanya setiap minggu orang-orang datang membeli . Ada yang membeli untuk ditanami kembali sebagai pencegah DBD dan ada juga yang membeli untuk dijadikan rempah-rempah masakan mereka. Biasanya rumah makan yang paling banyak.”

Semua tanaman yang dipelihara Ibu Sowan ini diperuntukan untuk pencegahan, tapi apa salahnya juga untuk dijadikan jualan. Tambah-tambah buat ekonomi kami di desa, katanya. Menurutnya juga, selama menanam serai ini nyamuk yang dulunya banyak di rumahnya, kini mulai berkurang. Manfaat dari menanam daun serai ini.

“Kalau untuk terkena DBD sendiri belum ada, tapi nyamuk di rumah yang biasanya banyak mulai hilang karena saya menanam serai hampir di setiap sudut rumah dan bahkan di samping kanan rumah saya buatkan kebun khusus untuk menanam serai ini,” ujarnya kepada saya, setelah Ibu Sowan telah selesai menyirami beberapa tanaman serainya.

“Saya juga bersyukur dengan menanam serai ini, selain juga mencegah DBD saya juga diuntungkan dari sisi ekonomi. Ada perbaikan ekonomi lah, meskipun itu tidak besar, tapi sudah lumayan buat keluarga.”

Penulis: Zulkifli M.

Pos terkait