60DTK-GORONTALO: Komunitas Literasi Sampul Belakang, bekerja sama dengan Komunitas Potret Tokoh (POTOH), Gorontalo Good Sunday, dan Mejoes Coffee menggalang Aksi Refleksi Gerakan September 30 (GESTAPU) di depan Gerbang Kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Senin (30/09).
Aksi refleksi yang digelar sejak pukul 19.30 itu menyuguhkan informasi – informasi terkait GESTAPU dan Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui aksi pembacaan puisi, monolog, dan nyanyian lagu sendu.
Baca : Memperingati G30S/PKI, Mahasiswa Sejarah UNG Gelar Aksi Refleksi
Salah satu penggerak kegiatan, Faisal Saidi dari POTOH menuturkan, aksi ini memang sengaja dikemas dalam bentuk pembacaan puisi dan monolog dengan iringan lagu sendu karena menurutnya, terlalu mainstream (biasa) jika digalang dalam bentuk orasi.
“Kadang kala juga agak sulit menyampaikan pesan kepada orang lain dengan orasi. Makanya kami lebih memilih pembacaan monolog dan puisi. Sebab dengan cara itu pesan yang disampaikan cepat diterima dan lebih ringan dicerna, juga kelihatan lebih eksotis dan terasa melebur bersama audiens,” jelas laki – laki yang akrab disapa Ical itu.
Baca : Paguyuban Buol Gelar Refleksi: Kemerdekaan Adalah Hak Seluruh Rakyat Indonesia
Sementara itu, terkait tujuan kegiatan ini, salah satu penggerak Sampul Belakang, Fityan Halid menuturkan, tujuannya adalah untuk merefleksikan sejarah kelam yang terjadi pada tahun 1965, di mana hanya sedikit orang yang menurutnya mengetahui ini secara utuh.
“Sebagian besar orang mengetahui sejarah ini hanya murni tentang pemberontakan 30 September 1965 saja, tapi sangat sedikit dari mereka yang mengetahui sebab akibat dari pemberontakan tersebut sebelum dan setelah pemberontakan. Bahkan berapa banyak korban yang tumbang setelah peristiwa itu juga jarang diketahui. Makanya kegiatan ini kami selenggarakan untuk mengungkap hal – hal yang jarang diungkap itu,” tutur Fityan.
Baca : Tolak RKUHP & Revisi UU KPK, Ribuan Mahasiswa Turun Demo
Meski begitu, Ia menjelaskan, aksi refleksi tersebut digalang bukan untuk menyalahkan salah satu pihak dan membenarkan pihak lain, namun sekadar merefleksikan kembali sejarah untuk menjadi pelajaran di hari ini.
“Aksi ini sama sekali bukan kami buat untuk menyalahkan salah satu pihak dan membenarkan pihak lain, tapi hanya agar kita tetap mengingat sejarah bangsa ini dan tentu menjalankan pesan Bung Karno untuk jangan pernah melupakan sejarah,” tukas laki – laki berkacamata itu. (rds/60dtk)
.