60DTK – Gorontalo: Memasuki akhir tahun 2019, capaian target museum Gorontalo dalam hal mengumpulkan koleksi benda-benda bersejarah yang ada di Gorontalo tidak sesuai harapan, padahal sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo, museum Gorontalo ditargetkan setiap tahunnya bisa mengumpulkan sebanyak 50 koleksi benda bersejarah.
Tapi, sampai dengan akhir tahun tahun, museum Gorontalo hanya dapat mengumpulkan sebanyak 20 koleksi saja dalam tahun 2019.
Kepala Bagian Tata Usaha Museum Gorontalo, Suharto Nasaru mengatakan, memang sesuai RPJMD Gorontalo kami punya target setiap tahunnya. Dan tahun ini kami belum mencapai target tersebut.
“Sebenarnya dari target RPJMD itu kita harus mengumpulkan sebanyak 50 koleksi yang harus di pajang dalam setahun, tapi tahun ini hanya 20an saja yang kita bisa capai. Dari 20 koleksi yang kami dapatkan itu ialah kerangka, keramik, koin dan patungnya Djalaludin. Dan ada yang beberapa lagi berupa kerang,” ujarnya kepada wartawan saat diwawancarai di Museum Purbakala Popa Eyato Gorontalo, Kamis (5/12/2019).
Ia juga mengatakan, tidak tercapainya target tersebut karena beberapa kendala yang dialami oleh pengurus museum sendiri. Dari keterbatasan waktu di lapangan hingga pendanaanya yang tidak memadai.
“Dalam setahun itu kami hanya dua kali turun untuk mencari koleksi, yakni di awal tahun dan akhir. Kami terbentur di perjalanan kami yang di hitung sebagai perjalanan dinas, dan kita tahu sendiri perjalanan dinas hanya tiga hari, sedangkan untuk mencari koleksi seperti ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Apalagi yang punya koleksi benda bersejarah tidak memberikan barangnya tersebut, kami butuh waktu juga untuk melakukan pendekatan,” jelas Suharto.
Selain keterbatasan waktu, Suharto juga mengatakan, keterbatasan dana juga yang dialami oleh pihak museum untuk mencari koleksi-koleksi benda bersejarah yang ada di Gorontalo.
“Dana juga menjadi kendala kami. Karena memakan waktu yang lama dan pasti juga harus memerlukan dana yang tidak sedikit.”
Berbeda dengan Gorontalo yang masih tergabung dengan Sulawesi Utara kemarin, kata Suharto, kalau dulu untuk mencari barang bersejarah, museum purbakala Manado tinggal menyurati setiap cabang yang tersebar di setiap Kabupaten/Kota untuk mencari barang-barang tersebut.
“Kalau Sulut lalu Kanwil tinggal buatkan surat untuk mencari barang bersejarah langsung ke cabang-cabangnya yang ada di setiap kabupaten/kota, kalau kita di Gorontalo harus mencari sendiri-sendiri koleksi itu. Tidak ada yang khusus ditugasi mencari koleksi benda, kami langsung yang mencari dan itu pasti butuh biaya lagi,” katanya.
Kata Suharto juga, sejak museum Gorontalo dibuka pada tahun 2015 koleksi yang dimiliki museum terhitung sampai akhir Desember 2019 ini sebanyak 420 koleksi yang ada. Beberapa koleksi yang terpajang ada yang dihibahkan dan ada juga yang dibeli oleh pihak museum.
“Museum punya tiga cara memperoleh koleksi benda: Kompensasi, Hibah, dan Titip. Kalau kompensasi, kita bayar dan hanya kita tulis jenis benda dan profil dari benda tersebut. Kalau dia hibah akan tertulis dari keluarga yang menghibahkan atau siapa yang menghibahkan benda itu, positifnya bila dihibahkan generasi atau cucu kita nanti bisa tahu bahwa orang tuanya atau kakek-neneknya dulu pernah punya benda bersejarah,” tambah Suharto.
Suharto juga mengungkapkan, untuk koleksi benda peninggalan sendiri ada kriteria. Tidak sembarangan kami beli atau kami pajang dari siapa saja yang menghibahkan.
“Kriteria barang jadi kolesksi itu harus dilihat dari segi usianya, minimal 50 tahun, punya nilai sejarahnya, lalu unik, antik, dan langka. Dan yang paling kami cari itu yang ada historisnya, misalnya saya punya keris Raja Panipi berarti nilai sejarahnya itu lebih tinggi,” tutupnya
Penulis: Zulkifli M.