60DTK, Blitar – Program jemput bola (Jembol) pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) kabupaten Blitar, benar-benar diterapkan.
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya lagi antrian lagi yang berjubel di kantor Dispendukcapil, bukan lagi karena protokol kesehatan Covid-19, melainkan adanya perubahan sistem.
Menurut Kepala Dispendukcapil Kabupaten Blitar, Luhur Sejati saat ditemui 60dtk di kantornya mengatakan, dengan diubahnya sistem pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien dengan adanya drive true atau mobil layanan, maka pihaknya berharap, pemohon pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) tidak akan berlama-lama lagi berada di kantor pelayanan.
“Jadi para pemohon Adminduk tidak akan lama-lama berada di tempat pelayanan. Kemudian, sekaligus dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” ulasnya, Selasa (14/7/2020) di kantornya Jalan Manokwari No.25. Satriyan Kanigoro.
Baca Juga: Dispendukcapil Kabupaten Blitar Terapkan Protokol Kesehatan Dan Wajib Senam
Sementara itu, perubahan pelayanan itu sendiri, kata Luhur, berawal dari keinginan kita bersama untuk melakukan perbaikan, apa yang menjadi keluhan masyarakat terhadap pelayanan sebelumnya tidak terulang lagi untuk ke depannya.
Maka dari itu, Luhur menandaskan bahwa konsep Total Quality Manajemen (TQM) sangat cocok untuk perbaikan pelayanan sampai perbaikan kinerja organisasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Sehingga, pelayanan di Dispendukcapil Kabupaten Blitar lebih efektif dan efisien.
“Konsep TQM sebenarnya adalah konsep marketing orang jualan saja. Dengan jemput bola, Insya Allah dua bulan ke depan kita bisa capai seluruh desa di Kabupaten Blitar. Biar kami yang datang masyarakat yang siapkan datanya,” ujarnya.
Baca Juga: Arumi Bhachin Dardak: Pentingnya Makan Ikan Memenuhi Kebutuhan Gizi
Lebih lanjut kepala Dispendukcapil Kabupaten Blitar itu menegaskan, bahwa keberhasilan program perbaikan pelayanan yang sudah dilaksanakannya itu, tolok ukurnya adalah sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang sedang berjalan ini.
“Sekarang jaman teknologi informasi, indikator yang kita pakai adalah seberapa banyak keluhan yang di sampaikan masyarakat lewat media sosial. Sehingga kita bisa mengetahui, sekaligus dengan cepat dapat kita perbaharui atau kita jawab. karena yang tanya satu yang membaca banyak, kalau tidak cepat akan menjadi keresahan di masyarakat,” pungkasnya. (adv)
Pewarta: Achmad Zunaidi