60DTK, Kabupaten Gorontalo – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Provinsi Gorontalo telah diterapkan sejak 4 Mei 2020 lalu. Bersamaan dengan itu, berbagai kebijakan sehubungan dengan teknis PSBB telah dibuat oleh pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Salah satu aturan tersebut yakni menutup seluruh pasar mingguan, setidaknya hingga masa pemberlakuan PSBB selesai hingga 17 Mei nanti. Aturan ini pun telah disosialisasikan kepada para pedagang.
Akan tetapi, aturan ini seakan tidak dihiraukan oleh pedagang di pasar mingguan Kayu Bulan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Buktinya, sampai hari ke enam masa PSBB, sejumlah pedagang tetap saja datang, membuka lapak, dan melakukan aktifitas sebagaimana biasa.
Baca juga: Hari Pertama PSBB, Satpol PP Bubarkan Penjual Takjil Di Kabgor
Padahal menurut mereka, aturan pemerintah terkait penutupan pasar mingguan selama PSBB itu sangat benar. Mereka sadar bahwa kebijakan itu dibuat untuk kebaikan orang banyak, agar tidak tertular virus berbahaya itu.
Namun, di sisi lain, mereka juga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan hanya dengan berjualan, mereka bisa memenuhi hal itu. Sebaliknya, jika harus berdiam diri di rumah, mereka mengaku bingung dari mana bisa mendapatkan uang.
Menurut salah seorang pedagang, Misba Rasyid (52), aturan tersebut bisa mereka taati. Hanya saja, perlu ada perhatian juga dari pemerintah kepada para pedagang. Wujud perhatian itu, bisa dalam bentuk bantuan sosial. Setidaknya, dengan bantuan ini bisa sedikit memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Nelson Usulkan Pelanggar Aturan PSBB Tak Diberi Sanksi Berat
“Walaupun bantuan ini hanya beras 5 atau 6 kilo, ditambah ikan kaleng atau mi, torang (read: kami) akan berdiam diri di rumah. Biar susah dulu tidak apa-apa, yang penting ada yang mau dimakan,” keluh salah satu pedagang rempah-rempah di Pasar Kayu Bulan Limboto itu, Sabtu (8/05/2020).
Misba menuturkan, andai tidak ada bantuan sosial yang bisa diberikan, Ia berharap pemerintah menyediakan solusi lain, seperti mengalihfungsikan pasar mingguan menjadi pasar harian. Baginya, sedikit saja pendapatan setiap kali menjual tidak lagi masalah, daripada tidak ada sama sekali.
“Kalau ada pasar harian, lebih bagus. Kita ini biar pedagang, kalau tidak berjualan tidak ada pendapatan. Sekalipun laku semua barang, hanya untungnya yang diambil, sisanya untuk modal beli barang. Kalau berdiam diri di rumah, kita hanya makan modal usaha,” ujar Misba yang telah menjadi pedagang selama 20 tahun itu.
Baca juga: Platform Jual Beli Online Di Kabgor Akan Diresmikan Selasa Nanti
Ia mengakui, sejak wabah Covid-19 muncul di Gorontalo, pendapatannya menurun cukup tinggi. Biasanya dalam sekali menjual bisa mendapatkan sedikitnya Rp700 ribu, namun kini untuk mendapatkan Rp200 ribu saja sudah sulit.
“Tapi biar hanya dapat Rp100 ribu saja sudah bersyukur. Yang penting ada uang kalau pulang ke rumah,” tukasnya.
Melihat sejumlah pedagang yang masih berjualan sampai saat ini, Adam Kasim, selaku pengontrak pasar Kayu Bulan Limboto, mengaku telah membantu pemerintah dalam menyosialisasikan penutupan pasar mingguan sehubungan dengan PSBB kepada para pedagang.
Baca juga: PSBB Di Gorontalo, Polda Siap Tegakkan Disiplin
Namun saat hal itu dilakukan, Ia justru menerima banyak keluhan dari para pedagang. Menurutnya, rata-rata pedagang mengeluhkan akan terjadinya penurunan pendapatan. Mereka meminta harus ada solusi.
“Kita juga tidak bisa menahan mereka untuk menjual. Kita juga prihatin dengan kondisi saat ini. Menahan mereka untuk mencari (menjual), apa kira-kira yang bisa diberikan kepada mereka. Begitu juga sebaliknya kalau membiarkan mereka untuk tetap mencari,” ujarnya.
Ia hanya berharap, akan ada lagi sosialisasi terkait bahaya Covid-19 dan penerapan PSBB yang dilakukan pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten, kepada para pedagang. Menurutnya, para pedagang paham dengan situasi saat ini, namun kondisi memaksa mereka tetap berjualan.
Baca juga: Hari Ketiga PSBB Di Gorontalo, Gubernur Tinjau Perbatasan Tolinggula
“Mereka (pedagang) paham dengan situasi, tapi kondisi memaksa mereka untuk berjualan. Untuk itu, mungkin harus ada sosialisasi lagi ke mereka,” pungkasnya.
Pewarta: Andrianto Sanga