Istrinya Meninggal Dunia, Pria Ini Sesalkan Pelayanan Puskesmas Telaga

Puskesmas Telaga, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. (Foto: Andi 60dtk)

60DTK, Kabupaten Gorontalo – Arif Tahir Ismail (28), salah seorang warga Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, sangat menyesalkan pelayanan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat, usai istrinya meninggal dunia.

Arif menceritakan, dirinya bersama istri, Nur Hayati Pipii (26), sebelumnya pernah datang ke Puskesmas Telaga. Tujuan kedatangan mereka untuk berkonsultasi masalah kehamilan sekaligus meminta agar Nur Hayati bisa melakukan proses lahiran di fasilitas kesehatan tersebut.

Bacaan Lainnya

Ketika awal datang, pihak puskemas mengiyakan permintaan tersebut. Namun, kata Arif, pihak puskesmas menyampaikan bahwa istrinya hanya bisa tiga hari saja berada di sana. Mendengar hal itu, istrinya menuturkan bahwa dirinya masih akan meminta surat cuti dari tempat kerjanya, di RSUD MM Dunda Limboto.

Sekitar satu minggu kemudian, mereka kembali datang, namun pihak puskemas justru merekomendasikan Nur Hayati untuk melahirkan di rumah sakit. Menurutnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait alasan apa yang membuat mereka mendorong supaya istrinya pergi ke rumah sakit.

“Dorang bilang kamari ti ibu lahiran saja di rumah sakit. Ti ibu kan Bidan. Tidak ada (alasan/penjelasan), cuman dorang bilang ti ibu itu bidan,” ungkap Arif saat ditemui di rumah duka, Sabtu (2/12/2023).

Singkat cerita, Arif membawa istrinya melahirkan di Rumah Sakit Siti Khadijah, Kota Gorontalo, pada 21 November 2023. Di sana, Nur Hayati menjalani proses lahiran secara sesar, dan hanya beberapa hari kemudian langsung bisa keluar.

Selang beberapa hari, tepatnya tanggal 28 November dini hari, istrinya diampal sesak napas. Melihat istrinya dalam kondisi ini, Arif langsung membawanya ke Puskesmas Telaga dengan bentor yang dikendarainya sendiri. Mereka tiba di sana sekitar pukul 01.30 WITA.

“Pas sampai di sana, ruang UGD ta tutup. Saya maso lagi ke dalam, ada ruang istirahat di situ, tidak orang juga. Saya dapa lia sandal dua pasang di sebelah ruang UGD, tapi depe ruangan ta kunci. Di ruang penerimaan resep juga nda ada orang,” aku Arif.

“Balia saya pe istri so jaga gawat depe kondisi, saya so bukan ba salam lagi, so jaga babatari di situ. Saya bilang, ses, dokter, kaluar dulu. Tolong saya pe istri so gawat,” tambahnya menirukan kata-katanya saat itu.

Setelah beberapa saat menunggu dan tak kunjung ada orang yang keluar, Ia kembali melihat istrinya yang sebelumnya ditinggalkan berada di dalam bentor. Saat itu, kata Arif, Nur Hayati sudah jatuh dari tempat duduk.

“Saya so angkat, tidak bisa, karena saya hanya sendiri. Saya bale lagi, di dalam ada ruang bersalin. Saya so toki kamari pintu-pintu, di situ ada sendal lagi, dua pasang, tapi tetap tidak ada orang ba suara kamari,” ujarnya.

Karena tetap tidak menemui seorang pun, Ia memutuskan kembali melihat kondisi istrinya serta berusaha mengangkatnya ke tempat duduk. Tak lama kemudian, datanglah dua orang yaitu abang bentor dan pemotor yang membantunya.

“Langsung torang angka di bentor li om yang ba bantu itu. Torang bawa di Rumah Sakit Islam, tapi pas so di muka ruang UGD maitua pe detak jantung itu so tidak ada. Saya pe tangan kan ada pa depe dada. Tapi tetap dorang layani kamari, dorang bilang so tidak ada ti maitua. Sekitar jam dua lewat atau stengah tiga bagitu torang ka rumah sakit itu,” tuturnya.

Dari kejadian ini, Arif mengaku sangat menyesalkan pelayanan di Puskesmas Telaga. Ia berharap pelayanan di Puskesmas Telaga bisa lebih baik lagi agar hal yang dialaminya tidak dirasakan oleh orang lain.

 

Pewarta: Andrianto Sanga

Pos terkait