60DTK – Gorontalo: Penanaman mangrove yang dilaksanakan oleh Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) di Desa Torosiaje Serumpun, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, pada Sabtu sore (7/12) kemarin, semata-mata demi kepentingan menjaga ekosistem pesisir dan sebagai upaya terus melestarikan mangrove.
Menurut Nurain Lapolo, Direktur Japesda, Kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk penyadartahuan kepada pelajar, masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lainnya untuk lebih peduli pada lingkungan pesisir, terutama mangrove.
“Sepanjang tahun 2019, ini adalah penanaman kali kelima yang dilakukan oleh Japesda di Desa Torosiaje Jaya dan Torosiaje Serumpun. Dengan Jumlah bibit mangrove sebanyak 1500, yang ditanam di Dusun Manunggal, Desa Torosiaje Jaya, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.
Serta yang paling penting menurut Nurain, melalui penanman ini sebagai bentuk mencegah lajunya perubahan iklim yang sekarang ini mulai dirasakan dampaknya.
“Dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan air laut dan cuaca yang sulit diprediksi mulai dirasakan oleh nelayan yang ada di sini, karena itu penting dilakukan rehabilitasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim tersebut,” Ungkap Nurain, Sabtu (7/12/2019).
Menurut Nurain juga, perubahan iklim ini juga akan berpengaruh terhadap masyarakat pesisir yang notabenenya sebagai nelayan. Apalagi rata-rata warga Torosiaje pekerjaanya sebagai nelayan.
Kegiatan penanaman yang dilakukan Japesda itu, juga dihadiri oleh Kirsi Chavda, pemerhati lingkungan dari Siemenpuu Foundation Finlandia. Dia melihat langsung aktivitas yang dilakukan oleh nelayan dan kelompok perempuan yang ada di Torosiaje serumpun.
Selain ikut menanam, Kirsi juga melakukan diskusi dengan beberapa nelayan yang ada di Desa Torosiaje Serumpun mengenai perubahan iklim yang telah mereka rasakan dampaknya.
“Mereka mengungkapkan jika perubahan iklim sangat signifikan mereka rasakan, seperti arus laut lebih kuat dari biasanya, beberapa nelayan juga mengungkapkan jika beberapa jenis ikan yang biasa mereka tangkap pada bulan September-Desember sudah tidak bisa lagi mereka dapatkan pada tahun-tahun selanjutnya,” ujar nelayan Desa Torosiaje Serumpun kepada Kirsi Chavda, pemerhati lingkungan dari Siemenpuu Foundation, Finlandia.
Kirsi juga membandingkan perubahan iklim yang terjadi di Torosiaje dan Finlandia, menurutnya kasusnya hampir serupa.
“Jika pada musim panas biasanya petani menanam beberapa jenis tanaman, tetapi karena perubahan iklimyang sedang terjadi, tanah yang ada disana menjadi sangat kering dan tidak bisa ditanami tanaman apapun, dan itu sangat berpengaruh pada kehidupan penduduk yang ada di sana,”ungkapnya.
Penulis: Zulkifli M.