Olahan Buah Mangrove, Berpotensi jadi Primadona Desa Torosiaje

Direktur Japesda, Kepala Desa Torosiaje, dan Ketua KSL Desa Torosiaje bersama peserta Pelatihan Produk Olahan Abon Ikan Asin dan Buah Mangrove di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Rabu (09/10). (Foto - Zulkifli M. 60dtk.com)

60DTK-GORONTALO: Produk olahan dari buah mangrove yang sementara dikerjakan oleh warga Desa Torosiaje serumpun ini bisa jadi primadona desa. Hal ini diungkapkan oleh kepala Desa Torosiaje, Faldi Pakaya saat memberikan sambutannya di Pelatihan Produk Olahan Abon Ikan Asin dan Buah Mangrove yang digelar oleh Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Rabu (09/10).

Faldi mengungkapkan, pengolahan buah mangrove menjadi ciri khas dari Desa Torosiaje sudah lama ada, bahkan sudah mendunia. Namun saja, semangat dari tim yang menangani ini masih kurang.

Bacaan Lainnya

“Di mana ada objek wisata di situ harus ada olahan khas daerah itu, maka dari itu olahan mangrove ini bisa jadi olahan khas atau oleh – oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Torosiaje serumpun ini,” kata Faldi Pakaya.

Baca juga: Japesda Gelar Pelatihan Abon Ikan Asin Dan Olahan Buah Mangrove

Mewakili pemerintah desa, Faldi juga terus mendorong berbagai inovasi yang baik dan diperuntukkan bagi masyarakat.

“Ke depan, ini terus dijalankan dan bisa saja olahan ini jadi primadona Desa Torosiaje serumpun yg kita cintai ini. Dulu olahan mangrove dijual ke luar daerah hingga ke luar negeri, bisa kita jalankan lagi,” tutupnya.

Di samping itu, Ketua Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) Desa Torosiaje, Umar Pasandre, mengapresiasi pelatihan pengolahan produk di Desa Torosiaje. Sehingga nantinya, Torosiaje tidak hanya dikenal dari banyaknya pohon mangrove, tetapi juga dikenal dari oleh – olehnya tadi.

Baca juga: Dinas Kelautan Dan Perikanan Bersama KSL Tanam 1000 Mangrove

“Tahun 2014 lalu olahan mangrove ini sampai di Belanda, dan terputus. Artinya, melalui pelatihan ini sebagai penguatan kembali kepada masyarakat bahwa desa kita punya potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, bahkan dapat membantu ekonomi masyarakat di sini,” ujar Umar saat diwawancarai usai pelatihan berakhir.

Umar juga menambahkan, pelaku – pelaku pengolahan buah mangrove ini banyak dilakukan oleh perempuan dan bisa membantu suami mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

“70 persen perempuan yang kerja dan 30 persen sisanya laki – laki. Ini juga yang harus diperhatikan dalam perekonomian keluarga dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru di Desa Torosiaje yang kita cintai ini,” katanya.

Baca juga: Pembangunan Perusahaan Batu Split Di Boalemo, Diduga Babat Mangrove

Dalam program pelatihan produk buah mangrove ini pun, Direktur Japesda, Nurain Lapolo mengajak seluruh masyarakat Desa Torosiaje untuk menghidupkan kembali olahan buah mangrove yang dulu pernah dikerjakan.

“Olahan ini sebenarnya dari kemrin sudah pernah ada. Hanya saja mati suri, karena tidak ada warga yang mau melanjutkan dan kali ini kami hidupkan kembali,” kata Nurain dalam sambutannya.

Nurain juga mengharapkan, kesempatan ini jangan disia – siakan lagi. Harus lebih giat dan juga bisa memanfaatkan ilmu pengolahan buah mangrove yang nantinya akan diterima dari pelatihan ini. (Zulkifli M./60dtk)

 

 

.

Pos terkait