Pendidikan Keluarga, Solusi Cegah Doktrin Terorisme

Pendidikan Keluarga, Solusi Cegah Doktrin Terorisme
Salah Satu Tokoh Perempuan di Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway. (Foto: Irf)

60DTK, Kabupaten Gorontalo – Baru-baru ini, masyarakat di seluruh wilayah tanah air dihebohkan dengan aksi terduga terorisme. Mulai dari peristiwa bom bunuh diri pasangan suami istri didepan gedung Gereja Katedral Makassar, hingga penyerangan oleh seorang perempuan di Mabes Polri.

Anehnya lagi, dua kejadian ini berlangsung dalam rentang waktu yang berdekatan. Aksi bom bunuh diri terjadi pada 28 Maret 2021, sementara penyerangan di Maber Polri berlangsung pada 31 Meret 2021.

Melihat peristiwa ini, Fory Armin Naway, salah satu tokoh perempuan di Kabupaten Gorontalo, merasa prihatin. Apalagi dua kejadian diwilayah berbeda tersebut turut diperankan oleh kaum perempuan.

Pendidikan Keluarga, Solusi Cegah Doktrin Terorisme
Salah Satu Tokoh Perempuan di Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway. (Foto: Irf)

“Untuk mencari pahala, surga, itu tidak harus membunuh orang, bunuh diri, atau menghibahkan diri supaya mati syahid,” kata Fory, Kamis (01/04/2021).

Menurutnya, mereka yang terlibat dalam aksi tersebut bisa saja sudah terkena doktrin dari individu atau kelompok tertentu, sehingga yang ada dalam pikiran mereka bahwa membunuh adalah jalan mendapatkan mati syahid.

“Mudah-mudahan kejadian seperti ini tidak akan terjadi di Kabupaten Gorontalo,” harap Ketua TP-PKK Kabupaten Gorontalo itu.

Baca Juga: Tidak Digaji, Nelson Minta TP-PKK Tetap Bekerja Ikhlas Bangun Daerah

Ia berpendapat, setiap orang bisa dicegah terlibat ataupun bergabung dengan terorisme. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat pendidikan dalam keluarga. Selain itu, kata Fory, orang tua khususnya ibu, harus memberikan perhatian lebih kepada anak-anak.

“Pendidikan keluarga itu utama, dan sangat penting. Kenapa?, kalau anak sudah mulai dewasa, otomatis pergaulannya sudah di luar dan kita tidak bisa mendeteksi pergaulannya seperti apa. Kadang kala, anak itu nakal atau apa, disalahkan orang lain. Padahal pendidikan keluarga yang kurang baik,” tandasnya.

Pos terkait