60DTK, Madiun – Dalam acara coffee morning dan pengenalan satuan Yonif Para Raider 501/Bajra Yuda di Batalion Yonif Para Raider 501 Madiun, Komandan Yonif bersama prajurit TNI AD memperlihatkan kesiapannya dalam mengantisipasi hal buruk yang bisa saja terjadi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Komandan Yonif Para Rider 501, Risa Wahyu Puji Setyawan menuturkan, langkah antisipasi yang pihaknya lakukan adalah dengan membudidayakan ikan lele dan nila menggunakan metode bioflok, serta mengembangkan jamur tiram dan berbagai sayuran lainnya dengan metode hidroponik.
“Jika sesuatu yang buruk terjadi, maka militer wajib menjadi tumpuan bagi masyarakat yang membutuhkan, salah satunya tentang ketahanan pangan itu. Namun hal yang kita takutkan alhamdulillah tidak terjadi di wilayah Madiun dan program yang kita lakukan bisa dibagi dan dinikmati oleh masyarakat sekitar, termasuk rekan media yang hadir di sini” ujar Puji Setyawan sambil tersenyum, Selasa (18/07/2020).
Baca juga: TNI/Polri Dan Dishub Madiun Buat RHK Untuk Tekan Penyebaran Covid-19
Ia juga menyarankan setiap warga untuk melakukan budi daya dalam ember, yang diisi 70 sampai 75 ekor lele, dan di atasnya ada sayuran.
“Jika hal-hal buruk terjadi, kami yakin setiap Kompi mampu menampung ratusan masyarakat dengan kesiapan ketahanan pangan yang sudah kita mulai sejak dini,” tambahnya.
Selain ketahanan pangan, hal menarik lainnya yang juga dikenalkan oleh Komandan Prajurit TNI yang lahir di Pasuruan tersebut, adalah tentang pencak silat nusantara, yang merupakan pencak silat militer yang menggabungkan 14 jurus dari berbagai perguruan yang ada.
Baca juga: HUT Ke-452 Madiun, Pemkab Gelar Ziarah Ke Makam Para Pendahulu
“Bela diri adalah merupakan seni, di mana seni bela diri atau silat adalah bagian dari kemerdekaan Indonesia pada masa itu. Melalui Yonif Para Raider 501, pencak silat kita gabungan antara gerakan pencak silat satu dengan lainnya untuk menjadi senjata kosong prajurit di kala senjata militer tidak ada di tangan mereka. Selain sebagai senjata, gerak seni pencak silat nusantara akan tampak indah ketika diperagakan di depan pentas, maka kita wajib untuk melestarikan dan mengembalikan marwah pencak silat sebagai seni yang ada Indonesia,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Ia juga memberikan apresiasi kepada awak media yang hadir. Menurutnya, para awak media adalah force multiplayer untuk pengganda kekuatan, serta dapat bekerja sama sebagai komponen pertahanan melalui bidangnya masing-masing, guna menjaga Madiun tetap aman.
“Terutama untuk memberikan hal terbaik bagi masyarakat, sehingga militer tidak terkesan angker dan prajurit itu benar-benar dianggap sebagai pelayan masyarakat,” tutupnya.
Pewarta: Puguh Setiawan